Author Archives: Moyo

https://mezzojane.com

Fitur Belanja Cerdas ChatGPT: Era Baru Pencarian dan Rekomendasi Produk

OpenAI baru saja menghadirkan pembaruan menarik pada fitur pencarian ChatGPT yang memungkinkan pengguna menikmati pengalaman berbelanja daring secara lebih praktis dan interaktif. Dengan fitur baru ini, pengguna dapat mencari produk dan langsung mendapatkan rekomendasi lengkap dengan gambar, ulasan, serta tautan menuju laman pembelian. Pengguna juga bisa mengajukan pertanyaan spesifik agar hasil yang diberikan sesuai dengan preferensi pribadi mereka.

Pada tahap awal, fitur ini tengah diuji untuk kategori produk seperti fesyen, kecantikan, elektronik, dan perlengkapan rumah. Pembaruan ini tersedia melalui model GPT-4o dan dapat diakses oleh semua pengguna, baik yang menggunakan versi Pro, Plus, Free, maupun tanpa akun. Menurut laporan dari Tech Crunch, ChatGPT kini menangani lebih dari satu miliar pencarian web hanya dalam kurun waktu satu minggu terakhir—menunjukkan peningkatan pesat dalam penggunaan fitur pencariannya.

OpenAI menegaskan bahwa hasil pencarian produk ditampilkan secara independen dan tidak mengandung iklan. Semua informasi bersumber dari metadata terstruktur pihak ketiga seperti harga, ulasan, dan deskripsi produk, tanpa adanya komisi atau imbalan dari transaksi yang terjadi. Ke depannya, ChatGPT akan menggabungkan fitur ini dengan sistem memori digital untuk pengguna Pro dan Plus, agar dapat memberikan saran produk yang lebih personal berdasarkan interaksi sebelumnya. Sayangnya, fitur ini belum tersedia di kawasan seperti Uni Eropa, Inggris, Norwegia, dan beberapa negara Eropa lainnya.

Sebagai tambahan, fitur ChatGPT Search kini juga menampilkan tren pencarian secara otomatis ketika pengguna mulai mengetik, serupa dengan sistem pelengkapan otomatis milik Google. Sebelumnya, OpenAI telah menguji sistem belanja melalui agen AI bernama Operator, namun versi terbaru melalui ChatGPT memberikan respons lebih cepat dan pengalaman lebih nyaman.

Xiaomi dan Lenovo Terobosan Besar di Riset CCTI 2025

IMD baru-baru ini merilis riset China Company Transformation Indicator (CCTI) 2025 yang menunjukkan perkembangan pesat sejumlah perusahaan China. Xiaomi dan Lenovo mencatatkan lompatan signifikan dalam peringkat mereka berkat inovasi yang terus berkembang serta adopsi teknologi AI. Xiaomi, misalnya, berhasil melonjak 10 peringkat, dari posisi 15 ke 5, sementara Lenovo naik 6 peringkat dari peringkat 10 ke posisi 4. Di sisi lain, Baidu berhasil menyalip Alibaba, menggusur raksasa e-commerce tersebut ke posisi ketiga.

Salah satu faktor utama yang mendorong kemajuan Xiaomi adalah ekspansi mereka dalam kendaraan listrik. IMD melaporkan bahwa bisnis kendaraan listrik Xiaomi menghasilkan pendapatan CNY9,7 miliar (sekitar Rp22,4 triliun) hingga kuartal ketiga 2024, dengan margin laba kotor mencapai 17,1%. Xiaomi juga mengalokasikan anggaran yang besar untuk penelitian dan pengembangan (R&D), mencapai CNY19,1 miliar (Rp44,2 triliun) pada tahun 2023, meningkat 19,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, lebih dari 53% karyawan Xiaomi, sekitar 17.800 orang, terlibat dalam pengembangan AI, IoT, dan perangkat keras pintar.

Lenovo juga menunjukkan performa yang impresif, berkat peran dominannya dalam sektor komputasi AI dan infrastruktur cloud. Permintaan untuk komputasi berperforma tinggi yang didorong oleh AI memberikan Lenovo peluang besar dalam menyediakan solusi yang mendukung perkembangan bisnis perusahaan. Sementara itu, Tencent berhasil mempertahankan posisi teratas di CCTI 2025 setelah mengatasi berbagai tantangan regulasi, dengan fokus pada investasi besar-besaran di R&D.

Baidu meraih posisi kedua, berkat investasi masif di teknologi AI dan cloud computing, sedangkan Alibaba meskipun berhasil mempertahankan posisi ketiga, tetap bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan inovatif lainnya.

Metapedia, Terobosan Digital JEC dalam Melawan Hoaks Kesehatan Mata

Untuk memperluas wawasan masyarakat sekaligus menanggulangi penyebaran informasi tidak akurat seputar kesehatan mata di dunia maya, Pusat Layanan Kesehatan Mata Jakarta (JEC) meluncurkan Metapedia. Platform ini diklaim sebagai ensiklopedi digital kesehatan mata pertama di Indonesia dan diperkenalkan secara resmi dalam ajang internasional JECIM 2025 di Jakarta. Langkah ini diambil sebagai respon terhadap data APJJI yang menunjukkan sekitar 27,79 persen masyarakat Indonesia mencari informasi kesehatan secara daring, serta temuan Komdigi yang mencatat 1.923 konten hoaks sepanjang tahun 2024, di mana 163 di antaranya terkait isu kesehatan mata.

Metapedia dikembangkan dengan pendekatan ilmiah menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana agar mudah dipahami. Di dalamnya terdapat ratusan artikel yang membahas berbagai penyakit mata, tips perawatan, hingga perkembangan teknologi oftalmologi terkini. Ketua JECIM 2025, Refenano Agustiawan, menegaskan bahwa Metapedia tidak hanya ditujukan bagi pasien, tetapi juga sebagai kontribusi terhadap kemajuan dunia kesehatan mata nasional. Seluruh konten dalam Metapedia ditulis serta diverifikasi langsung oleh para dokter spesialis mata dan tenaga medis profesional.

Selain artikel teks, platform ini juga menghadirkan infografis dan konten audiovisual untuk memperkaya pengalaman pengguna. Salah satu fitur unggulannya adalah “Tanya AI” yang memungkinkan masyarakat berkonsultasi langsung mengenai gejala atau istilah medis melalui kecerdasan buatan. Metapedia menargetkan peluncuran lebih dari seribu artikel dalam setahun dan tersedia dalam bentuk aplikasi mobile yang ramah bagi penyandang disabilitas netra.

Spotify Perluas Fitur AI Playlist ke Lebih dari 40 Negara

Spotify mengumumkan bahwa fitur AI Playlist mereka kini tersedia di lebih dari 40 negara tambahan, mencakup wilayah Afrika, Asia, Eropa, dan Karibia. Fitur ini, yang masih dalam tahap beta untuk perangkat Android dan iOS, memungkinkan pengguna membuat playlist pribadi dengan hanya memberikan perintah tertulis, seperti “musik untuk menemani waktu di kafe.” Fitur AI ini akan secara otomatis mengkurasi lagu-lagu yang sesuai dengan suasana hati yang diinginkan, dengan berbagai opsi mulai dari genre, dekade, warna, emoji, hingga karakter film.

Fitur AI Playlist pertama kali diluncurkan pada April 2024 untuk pengguna Premium di Inggris dan Australia, dan sejak saat itu telah diperluas ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Irlandia, dan Selandia Baru. Dengan ekspansi terbaru ini, Spotify kini menawarkan fitur tersebut di hampir 50 negara, termasuk Antigua dan Barbuda, Australia, Bahamas, Barbados, Kanada, Kenya, Filipina, Tanzania, Uganda, hingga Zimbabwe.

Untuk mengakses fitur ini, pengguna dapat menemukannya di tab “Your Library” dalam aplikasi Spotify dan mengklik ikon plus (+) di sudut kanan atas layar. Dari sana, mereka akan melihat opsi untuk membuat AI Playlist, bersama dengan pilihan Playlist dan Blend. Spotify juga menyediakan saran untuk perintah pertama kali pengguna, seperti “musik elektronik untuk fokus kerja” atau “suasana seperti di kafe.”

Pengguna juga dapat menyesuaikan playlist mereka lebih lanjut dengan memberikan instruksi seperti “lebih pop” atau “tidak terlalu upbeat,” dan lagu yang tidak diinginkan bisa dihapus dengan mengusap ke kiri. Fitur ini memastikan bahwa AI tidak akan merespon kata-kata yang bersifat sensitif atau perintah yang berhubungan dengan kejadian atau merek tertentu.

Telkom Indonesia dan Telkom University Tutup Innovillage 2024 dengan Apresiasi Inovasi Sosial Digital

Telkom Indonesia, bekerja sama dengan Telkom University, resmi menutup rangkaian program Innovillage 2024 melalui acara ‘Anugerah Innovillage’ yang digelar pada Jumat, 25 April 2025, di Auditorium Damar Telkom University. Acara ini menjadi ajang penghargaan bagi para mahasiswa Indonesia yang telah menciptakan inovasi sosial digital berdampak nyata bagi masyarakat. Innovillage adalah kompetisi inovasi sosial yang dilaksanakan oleh Telkom Indonesia, bersama Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) dan Telkom University. Program ini menjadi bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang mendorong pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Program Innovillage 2024 berhasil menarik perhatian dengan lebih dari 719 proposal dari 2815 mahasiswa dari seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 20 tim terpilih sebagai pemenang, mendapatkan predikat Best of the Best Perguruan Tinggi. Hery Susanto, Senior General Manager Social Responsibility Center Telkom Indonesia, mengungkapkan apresiasi atas semangat para peserta yang menunjukkan bahwa teknologi dapat digunakan secara bijak dan memberikan dampak positif. Dodi Irawan, Direktur BPK YPT, menegaskan peran penting lembaga pendidikan dalam mendukung ekosistem inovasi sosial yang berkelanjutan. Rektor Telkom University, Prof. Dr. Suyanto, menyampaikan bahwa program ini telah menjadi katalisator perubahan yang melibatkan mahasiswa sebagai agen transformasi.

Innovillage 2024 telah melahirkan 165 proyek sosial yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat di 28 provinsi, menjangkau 187 desa, dan memberikan dampak kepada lebih dari 26 ribu jiwa penerima manfaat. Dalam acara ini, para finalis mendapatkan pendanaan awal, pelatihan, serta pendampingan untuk implementasi proyek. Dengan berakhirnya Innovillage 2024, Telkom Indonesia dan Telkom University berkomitmen untuk terus membina ekosistem inovasi sosial digital yang inklusif dan berkelanjutan.

Menciptakan Pendidikan Masa Depan dengan AI dan Neurosains

Potensi teknologi kecerdasan buatan (AI) berbasis neurosains dianggap sangat penting dalam mengubah metode pembelajaran dan inovasi di dunia pendidikan. Pendekatan yang menggabungkan pemahaman tentang cara otak manusia bekerja ini diyakini dapat menciptakan sistem pembelajaran yang lebih personal, adaptif, dan efektif. Hal ini disampaikan oleh Myriam Da Silva, CEO CheckIT Learning asal Amerika Serikat, dalam acara bertajuk “The Future of Learning and Innovation with AI Based on Neuroscience” yang digelar pada Jumat, 26 April 2025, di Jakarta. Dalam presentasinya, Myriam menekankan bahwa teknologi dan pemahaman ilmiah tentang otak harus dapat berjalan beriringan. “Kami percaya bahwa pembelajaran di masa depan harus disesuaikan dengan cara otak manusia bekerja. Dengan mengintegrasikan AI dan neurosains, kami dapat menciptakan sistem yang benar-benar membantu setiap individu belajar dengan cara yang paling sesuai untuknya,” jelasnya dalam keterangan tertulis.

Acara yang diprakarsai oleh PT CheckITLabs Indonesia ini juga menghadirkan berbagai pakar di bidang AI, neurosains, dan pendidikan untuk berbicara tentang masa depan pendidikan di Indonesia. Wiwin Windrati, seorang performance storyteller dan pendidik, menambahkan pandangannya tentang inovasi teknologi. “Teknologi tidak seharusnya menjauhkan kita dari nilai-nilai kemanusiaan. Sebaliknya, teknologi seperti AI dapat memperkuat hubungan antara pengajar dan peserta didik jika digunakan dengan pendekatan yang tepat,” ungkap Wiwin. Acara ini dihadiri oleh pendidik, pimpinan yayasan, dan perwakilan institusi pendidikan, serta disusun dalam format interaktif untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk berdialog langsung dengan para ahli. PT CheckITLabs Indonesia berharap acara ini dapat meningkatkan pemahaman tentang peran AI dan neurosains dalam transformasi pendidikan Indonesia, serta membantu melahirkan generasi pembelajar yang tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Remaja Mulai Cemas dengan Dampak Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental dan Produktivitas

Sebuah laporan terbaru dari Pew Research Center mengungkapkan bahwa remaja mulai merasa cemas terhadap dampak media sosial. Survei yang melibatkan 1.391 remaja di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir 48% remaja percaya media sosial memberikan pengaruh negatif terhadap kelompok usia mereka. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan dibandingkan dengan hasil survei pada 2022, di mana hanya sepertiga yang menganggap hal yang sama. Hanya 11% remaja yang percaya bahwa media sosial memiliki pengaruh positif terhadap orang seusia mereka, turun jauh dari 24% pada tahun sebelumnya.

Selain pengaruh negatif terhadap kesehatan mental, banyak remaja yang menyadari dampak media sosial terhadap waktu tidur dan produktivitas mereka. Sekitar 45% remaja melaporkan bahwa media sosial memengaruhi waktu tidur mereka, sementara 40% mengakui bahwa media sosial mengganggu produktivitas mereka. Yang lebih mengejutkan, sekitar 45% remaja mengaku telah mengurangi penggunaan media sosial dan smartphone mereka, menunjukkan kesadaran yang lebih besar akan dampak buruk penggunaan berlebihan.

Meskipun banyak remaja yang menyadari dampak negatif media sosial, hanya 14% yang mengakui bahwa media sosial merugikan mereka secara pribadi. Namun, survei ini menunjukkan perubahan besar dalam sikap remaja terhadap media sosial, dengan banyak dari mereka sekarang merasa media sosial telah menghabiskan banyak waktu mereka secara tidak sehat. Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran ini, para ahli dan anggota parlemen mendesak perusahaan media sosial untuk lebih bertanggung jawab dalam mengelola pengaruh platform mereka terhadap pengguna muda.

Google Mempercepat Transformasi Digital di Indonesia dengan AI

Inovasi kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh Google semakin mempercepat transformasi digital di Indonesia. Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh perusahaan, Google menyoroti sejumlah teknologi baru yang dirancang untuk merubah cara orang Indonesia mencari informasi, menikmati hiburan, dan terhubung dengan merek serta produk secara lebih personal. Google Search dan YouTube kini berada di garis depan dalam mengintegrasikan AI ke dalam pengalaman digital masyarakat, memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan lebih efisien.

Dan Taylor, Vice President Global Ads di Google, mengungkapkan bahwa teknologi AI sudah menjadi bagian fundamental dari pendekatan Google lebih dari sepuluh tahun. Dengan AI generatif, Google kini tidak hanya membantu bisnis dalam menjangkau audiens yang tepat pada waktu yang tepat, tetapi juga mendukung pengguna untuk berkreasi lebih luas. Di Indonesia, kebiasaan konsumen telah mengalami perubahan besar. Mereka kini dapat mencari produk hanya dengan memotret objek atau menggunakan fitur Circle to Search yang memungkinkan pencarian melalui layar ponsel.

YouTube juga menunjukkan perkembangan luar biasa di Indonesia, dengan rata-rata pengguna yang menonton lebih dari 4 jam per hari melalui TV. Pengguna aktif di YouTube Shorts juga meningkat pesat, menunjukkan bahwa konsumen semakin terbiasa dengan format video pendek. Selain itu, Google Search semakin efisien dengan adanya AI Overviews, yang memungkinkan pengguna mendapatkan ringkasan otomatis untuk mempermudah pengambilan keputusan.

Di sisi lain, Google Lens yang digunakan untuk pencarian visual juga mengalami pertumbuhan signifikan. Sekitar 1 dari 4 kueri yang dilakukan dengan Lens terkait dengan pembelian produk atau pencarian layanan. Ini menunjukkan bahwa pencarian visual kini menjadi tren masa depan, mengubah cara orang berinteraksi dengan informasi secara lebih langsung dan spontan.

Dede Yusuf Dorong Penggunaan AI oleh Institusi Negara untuk Pelayanan Publik

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Dede Yusuf, mengusulkan agar Lembaga Administrasi Negara (LAN), Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), dan Ombudsman RI (ORI) mulai memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat. Dalam rapat dengar pendapat (RDP) yang diadakan pada Rabu, Dede menyampaikan bahwa era digital telah datang dan tidak bisa lagi hanya mengandalkan pertemuan tatap muka dalam memberikan pelayanan. Ia menekankan bahwa teknologi AI akan menjadi alat yang sangat penting di masa depan, dan lembaga-lembaga tersebut perlu segera mengadopsinya.

Dede memberikan contoh kepada LAN agar menggunakan AI untuk menyediakan layanan pelatihan bagi aparatur sipil negara (ASN). Dengan menggunakan AI, proses pelatihan bisa dilakukan secara lebih efisien, mengurangi biaya perjalanan, serta memungkinkan pelatihan dilakukan di berbagai daerah dengan menggunakan bahasa lokal seperti Bahasa Indonesia, Jawa, atau Sunda.

Untuk ANRI, Dede menyarankan penggunaan AI dalam proses restorasi arsip bersejarah agar lebih hemat biaya. Menurutnya, teknologi ini bisa fokus pada pengembangan kearsipan yang berbasis AI dalam dua tahun mendatang. Sementara itu, kepada Ombudsman RI, Dede mengusulkan agar AI digunakan dalam aplikasi laporan pengaduan masyarakat terkait pelayanan publik yang tidak sesuai aturan. Dengan AI, laporan yang masuk dapat diproses lebih cepat, bahkan secara otomatis mendeteksi detail lokasi kejadian.

Usulan-usulan tersebut akhirnya dimasukkan dalam kesimpulan rapat sebagai langkah-langkah strategis untuk mengoptimalkan pelayanan publik di masa depan. Komisi II DPR RI mendorong penggunaan teknologi berbasis AI di lembaga-lembaga tersebut untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pelayanan publik.

AI dalam Dunia Medis: Setara dengan Dokter Nonspesialis

Kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat dan kini menunjukkan kemampuannya dalam mendukung diagnosis penyakit, bahkan setara dengan dokter nonspesialis. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Osaka Metropolitan University, Jepang, mengungkapkan bahwa AI generatif mampu melakukan diagnosis penyakit dengan akurasi yang mirip dengan dokter nonspesialis. Studi ini, yang dipublikasikan pada 22 Maret 2025, melibatkan analisis 83 makalah penelitian yang diterbitkan antara Juni 2018 dan Juni 2024. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun dokter spesialis memiliki akurasi diagnosis yang lebih tinggi sebesar 15,8 persen, beberapa model AI bahkan lebih baik dibandingkan dokter nonspesialis.

Peneliti Hirotaka Takita menjelaskan bahwa meskipun hasil ini menunjukkan bahwa AI masih kalah dibandingkan dokter spesialis, teknologi ini bisa menjadi alat bantu yang sangat berguna, terutama di daerah dengan kekurangan sumber daya medis. AI dapat digunakan untuk mendukung dokter nonspesialis dalam proses pendidikan kedokteran dan diagnosis penyakit. Namun, Takita juga menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi kemampuan AI dalam kondisi klinis yang lebih kompleks.

Dalam studi sebelumnya yang dilakukan oleh University of Virginia Health System, AS, peneliti menemukan bahwa AI seperti ChatGPT Plus tidak signifikan meningkatkan akurasi diagnosis jika dibandingkan dengan tenaga medis umum. Walaupun akurasi sedikit lebih tinggi, penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi AI dalam praktik medis memerlukan pelatihan khusus agar teknologi ini digunakan secara efektif.