Category Archives: Berita Dunia Digital

https://mezzojane.com

AI dan Seni: Kreativitas atau Pelanggaran Hak Cipta?

Perkembangan kecerdasan buatan dalam dunia seni menimbulkan dilema etis dan hukum. Apakah karya berbasis AI bisa disebut seni sejati? Apakah AI sekadar alat atau bisa dianggap sebagai kreator? Dan bagaimana dengan hak cipta dari karya-karya yang digunakan sebagai referensi oleh AI? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi topik utama dalam diskusi bertajuk “Hak Cipta dan Filosofi AI” yang diadakan di Taman Ismail Marzuki pada 7 Maret 2025. Acara yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta bersama Jakarta Poetry Slam dan Kongsi 8 ini mengundang berbagai narasumber, termasuk seniman, akademisi, dan ahli hukum.

Saras Dewi, penulis sekaligus dosen filsafat Universitas Indonesia, menyoroti risiko pelanggaran hak cipta dalam seni berbasis AI. Ia mengungkapkan bahwa banyak laporan menunjukkan AI generatif sering kali beroperasi di atas data yang diperoleh tanpa izin. Meski mengakui kecerdasan buatan memiliki potensi besar, Saras mengingatkan agar masyarakat tetap kritis dan tidak hanya terpesona oleh kemampuannya. Di sisi lain, seniman asal Bali, Jemana Murti, melihat AI sebagai alat yang bisa membantu proses kreatif, bukan sebagai ancaman. Ia berhasil memanfaatkan AI sebagai mitra dalam berkarya, membuktikan bahwa teknologi dapat dimanfaatkan dengan cara yang positif.

Riri Satria, dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, menegaskan bahwa AI hanya bisa menggantikan manusia ketika kualitas berpikir manusia menurun. Ia menyarankan seniman untuk terus berkarya dan mengikuti perkembangan zaman. Menurutnya, keresahan terhadap AI harus diungkapkan agar dapat menemukan gaungnya sendiri dalam masyarakat. Namun, ia juga mengingatkan bahwa masa depan AI masih sulit diprediksi, dan kompleksitasnya bisa berkembang hingga menyaingi kemampuan otak manusia.

Di sisi hukum, pengacara hak cipta Dimaz Prayudha menyoroti tantangan dalam mengawasi penggunaan AI generatif dalam seni. Banyak pengguna AI tidak dapat mengontrol sumber referensi yang digunakan dalam proses kreatifnya, sehingga sulit memastikan apakah sebuah karya AI melanggar hak cipta atau tidak. Menurutnya, jika seorang seniman secara tegas menolak karyanya digunakan untuk melatih AI, maka ia berhak menuntut baik pengguna AI yang memberi instruksi maupun perusahaan yang mengembangkan teknologi tersebut. Dengan berbagai aspek yang masih belum terjawab, perdebatan mengenai AI dan hak cipta tampaknya akan terus berlanjut di masa mendatang.

Microsoft Percepat Langkah di AI, Siap Saingi OpenAI dengan Model Sendiri

Microsoft semakin agresif dalam mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) demi bersaing dengan OpenAI, mitra jangka panjangnya. Perusahaan ini tengah merancang model AI canggih untuk mendukung produk seperti chatbot Copilot serta mencari alternatif teknologi AI yang lebih mandiri. Menurut laporan dari Tech Crunch, Microsoft telah menciptakan model AI penalaran yang mampu menandingi model OpenAI seperti o1 dan o3-mini. Ketegangan antara kedua perusahaan meningkat setelah OpenAI menolak permintaan Microsoft untuk memperoleh detail teknis mengenai cara kerja model o1.

Selain itu, Bloomberg mengungkapkan bahwa Microsoft telah mengembangkan serangkaian model AI bernama MAI yang diyakini mampu bersaing dengan teknologi OpenAI. Perusahaan ini bahkan mempertimbangkan untuk menyediakan model tersebut melalui API pada akhir tahun. Secara bersamaan, Microsoft juga sedang menguji berbagai alternatif AI dari xAI, Meta, Anthropic, dan DeepSeek untuk dijadikan opsi pengganti OpenAI dalam teknologi Copilot. Meskipun telah menginvestasikan sekitar 14 miliar dolar AS (Rp228,1 triliun) di OpenAI, Microsoft tetap berusaha memperluas strategi pengembangannya. Salah satu langkahnya adalah dengan merekrut Mustafa Suleyman, salah satu pendiri DeepMind dan Inflection, untuk memimpin divisi pengembangan AI.

Untuk mendukung ambisi AI-nya, Microsoft telah mengalokasikan 80 miliar dolar AS (sekitar Rp1,3 kuadriliun) dalam anggaran fiskal 2025 guna membangun pusat data khusus AI. Infrastruktur ini dirancang untuk melatih model AI serta mendukung berbagai aplikasi berbasis kecerdasan buatan dan layanan cloud di seluruh dunia. Menurut Brad Smith, Wakil Ketua dan Presiden Microsoft, lebih dari setengah dari anggaran tersebut akan digunakan di Amerika Serikat. Dalam sebuah pernyataan, Smith menegaskan bahwa AI akan menjadi teknologi transformasional yang mendorong inovasi serta meningkatkan produktivitas di berbagai sektor ekonomi di masa depan.

Membongkar “Data Wall”: Tantangan di Balik Demokratisasi AI

Dalam perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat, muncul tantangan besar yang dikenal sebagai “data wall”—penghalang akses terhadap data berkualitas yang hanya dikuasai oleh segelintir pihak. Fenomena ini semakin relevan seiring dengan tren distilasi AI yang bertujuan menciptakan model lebih efisien, tetapi tetap membutuhkan data berkualitas tinggi yang dikuasai oleh raksasa teknologi seperti Google, Meta, dan Microsoft. Konsentrasi kepemilikan data ini menciptakan ketimpangan yang menghambat inovasi bagi pengembang independen, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu, pembatasan lisensi data oleh platform digital semakin memperkuat eksklusivitas akses, membentuk dinding hukum yang menghambat penelitian AI terbuka.

Indonesia menghadapi tantangan tambahan dalam bentuk infrastruktur data yang masih tertinggal, mengakibatkan keterbatasan dalam pengumpulan dan pengolahan data berkualitas tinggi. Ketimpangan ini semakin diperparah oleh dominasi model AI yang dilatih dengan data berbahasa Inggris, menyebabkan performa yang lemah dalam memahami bahasa Indonesia dan bahasa daerah lainnya. Jika tidak diatasi, situasi ini dapat memperkuat ketergantungan pada teknologi asing dan menciptakan bentuk baru kolonialisme digital, di mana Indonesia hanya menjadi penyedia data tanpa menikmati manfaat ekonomi yang setimpal.

Menghadapi tantangan ini, Indonesia perlu mengembangkan kebijakan data nasional yang mendorong keterbukaan data untuk penelitian AI, membangun infrastruktur data yang lebih baik, serta memperkuat regulasi agar manfaat ekonomi dari data digital tidak hanya dinikmati oleh perusahaan asing. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan komunitas diperlukan untuk menciptakan ekosistem AI yang inklusif. Langkah ini penting agar Indonesia tidak sekadar menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pemain aktif dalam revolusi AI global.

Masa Depan Pendidikan: Menyiapkan Generasi Melek AI dan Coding

Penerapan pembelajaran coding dan kecerdasan buatan (AI) memerlukan kesiapan sekolah dan tenaga pengajar. Tidak semua sekolah memiliki perangkat digital yang memadai, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), yang juga menghadapi kendala dalam akses internet. Oleh karena itu, kesiapan guru menjadi faktor penting dalam implementasi kurikulum ini. Sejumlah tenaga pengajar akan dipersiapkan untuk mengajarkan coding dan AI melalui kerja sama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dengan berbagai perguruan tinggi, termasuk Universitas Pelita Harapan (UPH). Keterbatasan sarana tidak boleh menjadi penghalang bagi kemajuan pendidikan yang selaras dengan tuntutan zaman dan kebutuhan generasi masa depan.

Menurut Mu’ti, ada dua bentuk kerja sama yang akan dilakukan dengan perguruan tinggi dalam mempersiapkan pengajar coding dan AI. Pertama, pelatihan singkat bagi guru yang ditunjuk untuk mengampu mata pelajaran tersebut. Kedua, memberikan kesempatan bagi lulusan SMA untuk melanjutkan pendidikan di jurusan AI. Guru yang terpilih akan mendapatkan pelatihan sebelum diterjunkan ke sekolah-sekolah yang telah siap menerapkan pembelajaran ini. Sementara itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto menegaskan bahwa penguasaan AI tidak hanya sekadar memahami teknologinya, tetapi juga bagaimana menerapkannya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. AI telah hadir dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan, sehingga penting untuk mempercepat transformasi digital melalui regulasi, infrastruktur, SDM, data, serta standar kompetensi yang sesuai.

Dalam mendukung pengembangan AI di Indonesia, UPH resmi membuka Fakultas AI, yang bertujuan mencetak talenta unggul di bidang ini. Rektor UPH, Jonathan L. Parapak, menyebutkan bahwa AI menjadi salah satu perkembangan teknologi digital yang sangat penting di dunia saat ini, sehingga pihaknya bekerja sama dengan Zhejiang University, China, untuk memastikan implementasi pembelajaran AI yang optimal. Dekan Faculty of Artificial Intelligence UPH, Rizaldi Sistiabudi, menambahkan bahwa AI tidak diciptakan untuk menggantikan manusia, melainkan untuk meningkatkan kapasitas mereka. Oleh sebab itu, generasi mendatang harus disiapkan agar memiliki literasi AI dan kecakapan dalam memanfaatkan teknologi ini secara optimal.

M3 Ultra: Inovasi Terbaru Apple dengan Teknologi Dua Chip M3 Max

Apple baru saja mengungkapkan chip terbarunya, M3 Ultra, yang menjanjikan lonjakan performa dibandingkan dengan generasi sebelumnya, M2 Ultra. Chipset terbaru ini dirancang untuk memberikan kecepatan pemrosesan yang lebih tinggi, kinerja grafis yang lebih baik, serta mendukung kecerdasan buatan (AI) yang lebih efisien. Apple mengklaim bahwa chip M3 Ultra merupakan hasil dari penggabungan dua chip M3 Max dengan teknologi inovatif “UltraFusion”, sehingga kapasitas dan kemampuannya menjadi dua kali lipat lebih besar daripada M3 Max.

Dalam pengumuman resmi Apple, chip M3 Ultra dilengkapi dengan CPU 32-core, terdiri dari 24 core performa dan 8 core efisiensi. Konfigurasi ini memungkinkan M3 Ultra bekerja 1,5 kali lebih cepat dibandingkan dengan M2 Ultra. Peningkatan besar juga terlihat pada kinerja GPU-nya, yang dapat dipasang hingga 80 core, memberikan performa dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan M2 Ultra dan 2,6 kali lebih baik dibandingkan dengan M1 Ultra. Dengan kemampuan ini, chip M3 Ultra sangat cocok untuk menangani tugas-tugas berat dengan mudah.

Chip ini juga menawarkan kapasitas memori RAM yang sangat besar, hingga 512 GB, yang memungkinkan pengguna untuk menjalankan aplikasi berat tanpa gangguan. Apple mengklaim bahwa kapasitas memori ini merupakan yang terbesar yang pernah ada pada perangkat PC, memastikan pengalaman pengguna yang lebih lancar dan efisien.

Dalam hal konektivitas, Apple melengkapi M3 Ultra dengan dukungan untuk Thunderbolt 5, yang memberikan bandwidth lebih dari dua kali lipat per port dibandingkan dengan Thunderbolt 4, dengan kecepatan transfer data mencapai 120 Gbps. Kecepatan ini tentunya mendukung transfer data yang sangat cepat untuk berbagai keperluan profesional dan kreatif.

Selain itu, chip M3 Ultra juga dilengkapi dengan Neural Engine 32-core yang meningkatkan efisiensi pemrosesan AI dan pembelajaran mesin, yang semakin penting di era digital saat ini. Fitur grafisnya mengalami peningkatan dengan teknologi dynamic caching, mesh shading yang dipercepat oleh perangkat keras, dan ray-tracing generasi kedua. Semua fitur ini dirancang untuk memberikan pengalaman grafis yang lebih optimal, sangat cocok untuk para profesional di bidang desain, pengeditan video, dan gaming.

Chip M3 Ultra pertama kali hadir pada perangkat Mac Studio terbaru, yang kini sudah tersedia untuk dipesan di Amerika Serikat. Pengiriman perangkat ini dijadwalkan mulai 12 Maret 2025. Dengan peluncuran chip M3 Ultra, Apple kembali memperlihatkan komitmennya untuk menghadirkan teknologi terkini yang mendukung berbagai kebutuhan profesional dan pengguna kreatif di seluruh dunia.

Perkembangan Teknologi: AI, 5G, dan Komputasi Kuantum Ubah Dunia

Kemajuan teknologi yang terus melaju pesat telah membawa dampak besar bagi kehidupan manusia. Inovasi seperti kecerdasan buatan (AI), jaringan 5G, dan komputasi kuantum menjadi pilar utama dalam transformasi digital. Perkembangan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam berbagai aspek kehidupan, tetapi juga membuka peluang baru di berbagai industri.

Kecerdasan Buatan (AI) Mengubah Berbagai Sektor

Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini semakin canggih dan diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk otomatisasi, analisis data, hingga interaksi manusia dengan mesin. AI telah merambah sektor kesehatan, keuangan, manufaktur, serta transportasi, memberikan efisiensi dan akurasi yang lebih tinggi.

Di dunia medis, pemanfaatan AI memungkinkan diagnosis penyakit lebih cepat dan akurat, bahkan mampu membantu dokter dalam merancang metode pengobatan yang lebih efektif. Sementara itu, dalam dunia industri, AI berperan dalam mengoptimalkan proses produksi, mengurangi kesalahan manusia, serta meningkatkan efisiensi operasional.

Tidak hanya itu, chatbot berbasis AI dan asisten virtual seperti ChatGPT telah mengubah cara manusia berkomunikasi serta mengakses informasi. Teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk memberikan layanan pelanggan yang lebih cepat, responsif, dan efisien.

Jaringan 5G Meningkatkan Konektivitas Global

Jaringan 5G mulai diterapkan di banyak negara dan membawa revolusi dalam kecepatan internet serta komunikasi data. Dengan latensi rendah dan kecepatan transfer data yang luar biasa, teknologi ini mendukung berbagai inovasi, mulai dari kendaraan otonom, smart city, hingga pengembangan Internet of Things (IoT).

Dalam dunia industri, 5G memungkinkan otomatisasi berbasis IoT yang meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Di sektor hiburan, pengalaman streaming dan gaming menjadi lebih lancar serta interaktif, memberikan kenyamanan lebih bagi pengguna.

Selain itu, dalam bidang kesehatan, jaringan 5G memungkinkan pengembangan telemedicine yang lebih efektif. Bahkan, operasi jarak jauh kini menjadi lebih akurat berkat kecepatan transfer data yang tinggi.

Komputasi Kuantum: Era Baru dalam Pemrosesan Data

Komputasi kuantum menjadi inovasi mutakhir yang dapat merevolusi pengolahan data. Berbeda dengan komputer konvensional, sistem ini menggunakan bit kuantum (qubit) yang memiliki kemampuan pemrosesan jauh lebih cepat. Dengan teknologi ini, masalah yang sebelumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan dapat dirampungkan dalam hitungan detik.

Sejumlah perusahaan teknologi besar seperti Google, IBM, dan Microsoft sedang berlomba mengembangkan komputer kuantum untuk berbagai aplikasi, termasuk kriptografi, riset farmasi, hingga simulasi perubahan iklim.

Walaupun masih dalam tahap pengembangan, banyak pakar meyakini bahwa komputasi kuantum akan membawa lompatan besar dalam dunia teknologi, terutama dalam bidang keamanan siber, penelitian ilmiah, serta pemrosesan data dalam skala besar.

Kesimpulan

Teknologi terus berkembang dengan pesat, menghadirkan inovasi yang mengubah berbagai aspek kehidupan. AI, 5G, dan komputasi kuantum menjadi tiga inovasi utama yang mendorong revolusi digital di berbagai sektor.

Seiring perkembangan yang tak terbendung, masa depan diprediksi akan semakin canggih dan efisien. Teknologi ini tidak hanya mempermudah kehidupan manusia, tetapi juga membuka peluang baru yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri di seluruh dunia.

GPU RTX 5070: Nvidia Jamin Tak Ada Anomali ROP!

Nvidia baru-baru ini mengonfirmasi adanya anomali yang berkaitan dengan jumlah Render Output Unit (ROP) pada beberapa kartu grafis dari lini terbaru mereka, RTX 50 Series. Masalah ini ditemukan pada tiga model, yaitu GeForce RTX 5090, RTX 5080, dan RTX 5070 Ti. Meski demikian, Nvidia menegaskan bahwa GPU lain, termasuk GeForce RTX 5070 yang akan datang, tidak akan mengalami kendala serupa.

“Tak ada GPU Nvidia lainnya yang terdampak anomali ini selain RTX 5090, 5080, dan 5070 Ti,” ungkap Ben Berraondo, Global PR Director Nvidia GeForce. Ia juga memastikan bahwa produksi GPU terbaru mereka sudah mengalami perbaikan untuk mencegah masalah serupa di masa mendatang.

Penyebab dan Dampak Anomali ROP

Anomali ini menunjukkan adanya degradasi dalam proses manufaktur silikon pada arsitektur “Blackwell,” yang menjadi fondasi bagi seri RTX 50. Sebagai penerus dari arsitektur Hopper dan Ada Lovelace, Blackwell membawa berbagai peningkatan performa, tetapi transisi ke teknologi baru juga dapat menyebabkan tantangan dalam produksi.

ROP sendiri merupakan bagian penting dari GPU yang bertugas menangani proses rendering piksel sebelum gambar ditampilkan ke layar. Jika jumlah ROP tidak sesuai dengan spesifikasi yang seharusnya, atau jika sistem tidak mengenali jumlahnya dengan benar, performa kartu grafis dapat terpengaruh.

Berdasarkan spesifikasi resmi, RTX 5090 memiliki 176 unit ROP, RTX 5080 sebanyak 112 unit, RTX 5070 Ti dengan 96 unit, dan RTX 5070 yang akan datang diperkirakan memiliki 80 unit. Pengurangan jumlah ROP dapat menyebabkan penurunan kinerja GPU, meski Nvidia menyatakan dampaknya hanya sekitar 4 persen, tanpa mengganggu performa AI dan komputasi GPU.

Tanggapan Nvidia dan Solusi bagi Pengguna

Masalah ini pertama kali ditemukan oleh pengguna yang melakukan benchmark menggunakan aplikasi seperti GPU-Z. Nvidia sendiri mengaku baru mengetahui adanya anomali setelah laporan dari komunitas muncul. Namun, mereka memastikan bahwa perbaikan sudah dilakukan di tingkat produksi.

Bagi pengguna yang telah membeli RTX 5090, 5080, atau 5070 Ti dan menemukan adanya perbedaan jumlah ROP dari spesifikasi resmi, Nvidia menyarankan untuk menghubungi vendor tempat mereka membeli GPU guna mendapatkan penggantian unit jika diperlukan.

Dengan langkah ini, Nvidia berusaha menjaga kepercayaan pengguna terhadap lini RTX 50 Series, sembari memastikan bahwa produk mendatang tidak mengalami kendala yang sama.

Amazon Perkenalkan Alexa+ sebagai Asisten Virtual yang Lebih Cerdas

Amazon resmi meluncurkan versi terbaru dari asisten virtualnya, Alexa+, yang diklaim memiliki kecerdasan lebih tinggi dan kemampuan yang lebih baik dalam menangani berbagai tugas. Namun, dalam acara peluncuran yang berlangsung di New York pada Rabu, Amazon tidak memperkenalkan perangkat Echo baru untuk mendukung teknologi ini.

Panos Panay, Kepala Divisi Perangkat dan Layanan Amazon, mengisyaratkan bahwa perusahaan tengah mengembangkan berbagai perangkat berbasis kecerdasan buatan yang akan hadir di masa depan. Pernyataannya muncul di tengah persaingan ketat dalam industri teknologi, di mana perusahaan seperti Apple dan Microsoft terus memperbarui teknologi AI mereka. Apple baru saja meluncurkan fitur Apple Intelligence di lini iPhone 16, sementara Microsoft menjadikan Copilot sebagai fitur utama dalam sistem operasi Windows.

Amazon sendiri telah memiliki berbagai perangkat pintar, mulai dari speaker pintar Echo hingga kamera keamanan Ring dan router Eero. Kini, Alexa+ mulai diintegrasikan dengan beberapa perangkat tersebut, memungkinkan pengguna mendapatkan informasi dari rekaman kamera Ring saat mereka tidak berada di rumah.

Salah satu inovasi AI yang sedang berkembang adalah kacamata pintar, yang menggabungkan asisten virtual dengan pengenalan suara dan gambar. Meta telah berhasil dengan kacamata Ray-Ban yang mampu menerjemahkan bahasa dan memberikan informasi visual kepada penggunanya, dengan lebih dari dua juta unit terjual sejak peluncurannya pada 2023. Amazon sebelumnya telah merilis Echo Frames, kacamata pintar berbasis Alexa, namun tanpa kamera dan fitur AI yang lebih canggih, perangkat ini belum mampu bersaing di pasar.

Panay tidak memberikan detail spesifik mengenai perangkat AI baru yang sedang dikembangkan Amazon, tetapi menegaskan bahwa perusahaan sedang membangun ekosistem perangkat yang lebih terhubung. Dengan berkembangnya teknologi AI dan semakin banyak perusahaan yang mengadopsinya, inovasi yang akan datang dari Amazon patut dinantikan.

OpenAI Siapkan Integrasi Sora ke ChatGPT, Hadirkan AI Video Lebih Canggih

OpenAI tengah merencanakan integrasi teknologi video AI bernama Sora ke dalam chatbot ChatGPT. Saat ini, Sora hanya tersedia melalui aplikasi web khusus yang diluncurkan pada Desember 2024, memungkinkan pengguna menciptakan klip sinematik berdurasi hingga 20 detik.

Menurut Rohan Sahai, pimpinan produk Sora, OpenAI berencana menghadirkan teknologi ini ke lebih banyak platform dengan peningkatan kemampuan yang lebih luas. Awalnya, Sora ditargetkan untuk kreator konten dan studio produksi, namun kini OpenAI ingin menarik minat lebih banyak pengguna untuk memanfaatkan alat berbasis AI tersebut.

Integrasi Sora ke ChatGPT masih dalam tahap pengembangan, dan belum ada kepastian kapan fitur ini akan tersedia. Versi Sora di ChatGPT kemungkinan memiliki keterbatasan dibanding aplikasi web, terutama dalam hal pengeditan dan penyusunan video. OpenAI sengaja meluncurkan Sora secara terpisah agar ChatGPT tetap sederhana dan mudah digunakan.

Selain itu, OpenAI berencana mengembangkan aplikasi seluler mandiri untuk Sora. Saat ini, perusahaan sedang mencari tenaga ahli dalam bidang pengembangan aplikasi untuk merealisasikan proyek tersebut. OpenAI juga berupaya meningkatkan kapabilitas Sora dalam menghasilkan gambar berbasis AI, yang berpotensi menghadirkan hasil lebih fotorealistik dibanding model DALL-E 3 yang telah terintegrasi dengan ChatGPT.

Di sisi lain, OpenAI sedang mengembangkan versi terbaru dari Sora Turbo, model AI yang saat ini digunakan dalam aplikasi web Sora. Langkah ini menunjukkan ambisi OpenAI dalam mengembangkan teknologi AI yang semakin inovatif dan mendekati kualitas sinematik profesional.

Teknologi Berubah Cepat, Sultan Brunei Soroti Peluang Baru

Sultan Brunei, Haji Hassanal Bolkiah, menyoroti dampak besar revolusi teknologi, khususnya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), sebagai peluang strategis bagi masa depan negaranya. Pernyataan ini disampaikan dalam Sidang Pertama Sesi ke-21 Dewan Legislatif Brunei pada Rabu (26/2).

Dalam pidatonya, Sultan menegaskan bahwa Brunei harus mempersiapkan diri menghadapi perkembangan teknologi global dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta memperkuat kemampuan nasional di era transformasi digital.

Komitmen Brunei dalam Transformasi Ekonomi

Sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang kaya akan sumber daya alam, terutama minyak dan gas, Brunei terus berupaya melakukan diversifikasi ekonomi. Pemerintah menargetkan pertumbuhan di berbagai sektor strategis, termasuk industri hilir minyak, pariwisata, perdagangan internasional, serta inovasi di bidang teknologi tinggi.

Transformasi ekonomi ini sejalan dengan visi Brunei untuk mengurangi ketergantungan pada sektor migas dan menciptakan fondasi ekonomi yang lebih berkelanjutan. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai kebijakan telah diterapkan guna mempercepat pertumbuhan sektor nonmigas, termasuk peningkatan investasi pada infrastruktur digital dan pengembangan industri berbasis teknologi.

Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Nonmigas

Salah satu indikator keberhasilan strategi diversifikasi ekonomi Brunei terlihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor nonmigas. Dari 2017 hingga 2023, sektor ini mengalami rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 4,3 persen. Pertumbuhan tersebut turut berkontribusi terhadap peningkatan ekspor nasional ke berbagai pasar baru, memperluas jangkauan produk Brunei di kancah global.

Dengan terus mendorong inovasi dan investasi di bidang teknologi, Brunei berharap dapat memanfaatkan potensi AI dan revolusi digital untuk meningkatkan daya saingnya di tingkat internasional. Sultan menekankan bahwa kesiapan sumber daya manusia menjadi kunci utama dalam memastikan Brunei tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pemain aktif dalam lanskap industri global yang semakin kompetitif.