Category Archives: Berita Media Sosial

TikTok Menjadi Platform Media Sosial Paling Populer Di 2024

Pada tanggal 2 Januari 2025, hasil riset terbaru menunjukkan bahwa TikTok telah menjadi platform media sosial paling populer sepanjang tahun 2024. Menurut laporan dari Indonesia Indicator (I2), TikTok mencatatkan tingkat interaksi tertinggi di antara platform media sosial lainnya, termasuk Instagram, Twitter, Facebook, dan YouTube.

Riset tersebut mencatat bahwa total postingan di TikTok mencapai 107.998.788 dengan lebih dari 17,3 miliar tanggapan dari pengguna. Angka ini menunjukkan bahwa TikTok tidak hanya menjadi tempat untuk berbagi konten, tetapi juga berhasil menciptakan komunitas yang aktif berinteraksi. Tingkat keterlibatan yang tinggi ini menjadikan TikTok sebagai platform yang sangat menarik bagi pengguna muda yang mencari hiburan dan informasi.

Salah satu faktor yang mendorong popularitas TikTok adalah kemampuannya dalam menghadirkan konten yang ringan dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dari edukasi hingga hiburan, konten-konten seperti kuliner, kecantikan, dan kesehatan menjadi sangat populer di platform ini. Rustika Herlambang, Direktur Komunikasi I2, menyatakan bahwa “demokratisasi konten viral” di TikTok memberikan kesempatan bagi setiap pengguna untuk mencapai popularitas.

Pengguna TikTok menghabiskan waktu rata-rata bulanan sekitar 38 jam 26 menit di platform ini. Angka ini menunjukkan bahwa pengguna tidak hanya sekadar mengakses aplikasi tetapi juga terlibat dalam berbagai aktivitas seperti menonton video, berinteraksi dengan konten, dan membuat video sendiri. Hal ini menjadikan TikTok sebagai salah satu platform dengan waktu penggunaan tertinggi di kalangan pengguna media sosial.

TikTok juga telah berkembang menjadi ruang diskusi publik dan politik. Selama Pemilu Presiden Indonesia 2024, platform ini memainkan peran penting dalam kampanye politik dengan menjangkau pemilih muda. Konten-konten politik dikemas secara kreatif untuk menarik perhatian generasi Z dan milenial, menunjukkan bahwa TikTok bukan hanya sekadar platform hiburan tetapi juga alat komunikasi efektif.

Sementara TikTok mendominasi pasar, Instagram tetap berada di posisi kedua dengan 18.337.890 unggahan dan 1.225.898.887 tanggapan. Meskipun Instagram memiliki basis pengguna yang besar, TikTok berhasil menarik perhatian lebih banyak pengguna dengan format video pendeknya yang inovatif dan menarik.

Dengan semua pencapaian ini, tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun yang lebih cerah bagi TikTok sebagai pemimpin dalam dunia media sosial. Popularitasnya yang terus meningkat menunjukkan bahwa platform ini telah berhasil memenuhi kebutuhan pengguna akan konten yang menarik dan interaktif. Semua mata kini tertuju pada bagaimana TikTok akan terus berinovasi dan mempertahankan posisinya di pasar media sosial global.

Cara Unroll Thread Di Media Sosial X Untuk Membaca yang Lebih Nyaman

Pada tanggal 28 Desember 2024, banyak pengguna media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) mencari cara untuk membaca thread panjang dengan lebih nyaman. Thread di X sering kali terdiri dari serangkaian tweet yang saling terkait, dan tanpa metode yang tepat, bisa menjadi sulit untuk diikuti. Berikut adalah beberapa cara efektif untuk “unroll” atau menyusun kembali thread agar lebih mudah dibaca.

Salah satu cara paling populer untuk unroll thread adalah dengan menggunakan bot @threadreaderapp. Pengguna cukup membalas salah satu tweet dalam thread dengan menyebutkan @threadreaderapp dan menambahkan kata “unroll”. Setelah itu, bot akan memproses permintaan dan mengirimkan tautan ke versi unrolled dari thread tersebut. Metode ini sangat sederhana dan memungkinkan pengguna untuk mendapatkan semua informasi dalam satu tampilan yang terorganisir.

Jika Anda tidak ingin menambah balasan di thread asli, Anda bisa menggunakan opsi retweet. Cukup klik ikon retweet, pilih “Retweet dengan komentar”, lalu tambahkan “@threadreaderapp unroll” di komentar Anda. Dengan cara ini, bot akan mengirimkan hasil unrolling langsung kepada Anda tanpa mengganggu percakapan yang sedang berlangsung di thread tersebut. Ini adalah pilihan yang baik jika Anda ingin menjaga kebersihan diskusi di thread asli.

Alternatif lain adalah mengunjungi situs web Thread Reader secara langsung. Pengguna dapat menyalin URL thread yang ingin diunroll dan memasukkannya ke dalam kolom pencarian di situs tersebut. Setelah mengklik tombol “Find Unroll”, pengguna akan mendapatkan versi lengkap dari thread dalam format yang lebih mudah dibaca. Metode ini sangat berguna bagi mereka yang tidak ingin menggunakan akun X atau bagi yang lebih suka membaca di layar yang lebih besar.

Selain @threadreaderapp, ada juga aplikasi pihak ketiga lain seperti PingThread dan TheReaderApp yang menawarkan fungsi serupa. Pengguna hanya perlu menyebutkan nama aplikasi tersebut dan kata “unroll” dalam balasan mereka untuk mendapatkan hasil yang sama. Ini memberikan lebih banyak pilihan bagi pengguna untuk memilih alat yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dengan berbagai metode untuk unroll thread di media sosial X, pengguna kini dapat menikmati pengalaman membaca yang lebih nyaman dan terorganisir. Baik menggunakan bot, retweet dengan komentar, atau aplikasi pihak ketiga, semua cara ini bertujuan untuk menyederhanakan proses membaca informasi panjang di platform tersebut. Dengan demikian, pengguna dapat tetap terhubung dengan informasi penting tanpa merasa kewalahan oleh banyaknya tweet yang harus dibaca.

Bagaimana Media Sosial Memperburuk fenomena Schadenfreude Dalam Masyarakat

Pada 26 Desember 2024, fenomena schadenfreude — rasa senang atau puas ketika melihat penderitaan orang lain — semakin diperburuk oleh kecanggihan media sosial. Platform seperti Facebook, Instagram, dan Twitter sering kali menjadi tempat untuk mengekspresikan berbagai reaksi terhadap kejadian-kejadian negatif yang menimpa individu atau kelompok lain. Hal ini membuka diskusi penting mengenai dampak psikologis media sosial terhadap masyarakat, terutama dalam memperburuk rasa schadenfreude.

Schadenfreude merupakan istilah Jerman yang merujuk pada perasaan senang melihat kesedihan atau kesulitan orang lain. Di era digital ini, media sosial menyediakan platform yang memungkinkan orang untuk lebih mudah mengakses dan menanggapi kejadian-kejadian buruk yang dialami oleh orang lain, sering kali dengan respons yang tidak empatik. Ini memperburuk kecenderungan manusia untuk merasakan kepuasan atas penderitaan orang lain.

Media sosial cenderung mempercepat penyebaran berita negatif atau kontroversial yang dapat menimbulkan reaksi beragam. Ketika sebuah kejadian buruk atau kegagalan seseorang dibagikan di platform tersebut, ada kecenderungan bagi sebagian pengguna untuk menikmati atau bahkan berkomentar dengan nada mengejek. Hal ini sering kali menumbuhkan rasa schadenfreude yang lebih besar, karena perasaan senang melihat orang lain jatuh atau gagal lebih mudah dilihat dan didiskusikan secara terbuka.

Salah satu faktor yang memperburuk perasaan schadenfreude di media sosial adalah anonimitas yang ditawarkan oleh platform tersebut. Pengguna sering kali merasa lebih bebas untuk mengungkapkan perasaan negatif mereka terhadap orang lain karena mereka tidak berhadapan langsung dengan orang yang mereka kritik. Ditambah dengan fenomena distant sociality, yaitu jarak emosional yang tercipta ketika seseorang hanya berinteraksi melalui layar, ini membuat empati terhadap orang yang menderita menjadi lebih sulit.

Media sosial juga memotivasi orang untuk mendapatkan lebih banyak perhatian melalui postingan yang mengundang reaksi beragam. Banyak pengguna media sosial yang mengungkapkan komentar negatif atau bahkan merasa senang atas penderitaan orang lain untuk mendapatkan “likes” atau komentar yang setuju. Hal ini semakin memperburuk rasa schadenfreude karena individu merasa bahwa mengolok-olok kesalahan atau penderitaan orang lain bisa memberi mereka validasi sosial.

Dampak dari peningkatan rasa schadenfreude di media sosial sangat terasa dalam masyarakat. Rasa puas yang timbul dari melihat orang lain gagal atau jatuh bisa memperburuk pola pikir sosial yang lebih individualistis dan kurang empatik. Selain itu, ini dapat menurunkan kualitas interaksi sosial dan membentuk sikap masyarakat yang lebih permisif terhadap perilaku negatif atau merugikan orang lain. Efek jangka panjangnya bisa sangat merusak, karena mengurangi solidaritas sosial yang penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan empatik.

Media sosial telah memperburuk rasa schadenfreude dalam masyarakat dengan menyediakan platform untuk berbagi berita buruk secara cepat dan luas, serta memfasilitasi anonimitas yang mengurangi rasa empati. Hal ini menumbuhkan budaya di mana kebahagiaan orang sering kali tergantung pada kegagalan orang lain. Masyarakat perlu lebih waspada terhadap dampak negatif media sosial ini dan berusaha menciptakan ruang di mana empati dan rasa saling mendukung lebih dihargai daripada sekadar mencari sensasi dari penderitaan orang lain.

Cairan Kimia Tumpah di Jalan Nasional Padalarang-Bandung, Mobil dan Motor Terkena Dampak

airan kimia tumpah di sepanjang Jalan Raya Nasional Padalarang-Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Selasa pagi (24/12/2024). Kejadian ini menyebabkan kerusakan pada sejumlah kendaraan, baik mobil maupun sepeda motor yang melintas. Tumpahnya cairan kimia tersebut terekam dalam video yang segera viral di media sosial, mengundang perhatian masyarakat.

Ratusan pengendara yang terdampak langsung berkumpul di kantor Unit Penegakan Hukum (Gakkum) di Cikamuning, Bandung Barat, untuk melaporkan kerugian yang mereka alami akibat insiden tersebut. Salah satu pengendara, Rizky Muhamad Sidik, mengungkapkan bahwa kulitnya langsung terasa panas dan gatal saat terkena cipratan cairan kimia tersebut. Tak hanya itu, sepeda motornya juga mogok setelah melintasi jalan yang terkontaminasi cairan tersebut. Dampak serupa juga dirasakan Dedi, seorang pengemudi mobil, yang melaporkan bahwa cat mobilnya mulai terkikis setelah terkena cairan kimia tersebut.

Para korban melaporkan bahwa cairan yang tumpah tersebut menyebabkan iritasi pada kulit serta kerusakan pada kendaraan. Selain itu, beberapa sepeda motor mengalami mogok dan korosi setelah terpapar cairan kimia itu. Meski belum diketahui jenis cairan yang tumpah, banyak pengendara yang mengeluhkan kerugian yang mereka alami. Hingga saat ini, petugas dari pihak berwenang masih melakukan pendataan terhadap korban dan kendaraan yang terdampak insiden ini. Proses tersebut masih berlangsung, sementara warga terus berdatangan untuk melaporkan kerugian mereka.

Pihak aparat setempat belum memberikan keterangan resmi terkait penyebab tumpahnya cairan kimia tersebut atau langkah yang akan diambil untuk menangani peristiwa ini. Namun, pihak berwenang diperkirakan akan segera menyelidiki insiden ini untuk mengetahui penyebab pasti serta memberikan solusi bagi para korban yang terkena dampak.

Hati-Hati, Mempermalukan Seorang Pelakor Di Media Sosial Bisa Dipidana Penjara

Pada 24 Desember 2024, pihak berwenang mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga etika dalam menggunakan media sosial, terutama terkait dengan masalah pribadi dan sensitif. Beberapa kasus yang melibatkan tuduhan terhadap pelakor (perebut laki orang) kerap kali berujung pada perundungan atau pelecehan di dunia maya. Menurut hukum, tindakan mempermalukan atau menyebarkan informasi yang merugikan seseorang, termasuk di media sosial, bisa berujung pada sanksi pidana, khususnya terkait dengan pencemaran nama baik.

Para ahli hukum mengingatkan bahwa mempermalukan seseorang, termasuk pelakor, di media sosial dengan cara yang merendahkan atau menghina, dapat melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pasal-pasal dalam UU ITE mengatur dengan tegas soal pencemaran nama baik dan penyebaran informasi yang dapat merugikan seseorang. Dalam hal ini, tindakan mempermalukan seseorang secara terang-terangan di platform sosial seperti Instagram, Twitter, atau Facebook, berpotensi menyebabkan korban mengalami kerugian secara emosional dan sosial.

Selain itu, para pakar hukum juga mengingatkan bahwa kebebasan berpendapat di media sosial bukan berarti tanpa batas. Setiap individu harus bijak dalam menyampaikan opini atau informasi, terutama yang menyangkut kehormatan dan privasi orang lain. Mempermalukan pelakor atau pihak lain melalui media sosial dapat dipandang sebagai tindakan hukum yang melanggar hak asasi manusia, seperti hak untuk dihormati dan dilindungi dari fitnah.

Bagi mereka yang terlibat dalam tindakan tersebut, bisa dikenakan hukuman penjara atau denda yang cukup besar. Berdasarkan ketentuan dalam UU ITE, pelaku yang terbukti menyebarkan informasi yang menyinggung kehormatan seseorang, dapat dihukum penjara hingga enam tahun dan denda maksimal Rp1 miliar. Oleh karena itu, penting bagi pengguna media sosial untuk berhati-hati dalam berinteraksi dan tidak melampaui batas dengan mengunggah konten yang berisiko merugikan pihak lain.

Pentingnya pemahaman tentang risiko hukum dalam mempermalukan orang di media sosial sangatlah besar. Kasus pelakor menjadi salah satu contoh betapa mudahnya seseorang bisa terjerat masalah hukum akibat tindakan impulsif di dunia maya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi setiap orang untuk berpikir dua kali sebelum memposting sesuatu yang bisa merusak reputasi atau kehormatan orang lain. Di era digital ini, menjaga sikap bijak dalam berinteraksi online adalah kunci agar tidak terjerat masalah hukum yang tidak diinginkan.

Peran Media Sosial dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Generasi Z

Pada 22 Desember 2024, semakin banyak pengamat yang menyoroti peran penting media sosial dalam membentuk pola pikir politik dan partisipasi masyarakat, terutama di kalangan Generasi Z. Generasi yang tumbuh dengan internet dan perangkat digital ini menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menyuarakan pendapat, berdiskusi, dan mengorganisasi aksi-aksi sosial. Dari platform seperti Twitter, Instagram, hingga TikTok, media sosial telah menjadi alat yang efektif untuk memobilisasi dukungan terhadap isu-isu demokrasi, termasuk hak asasi manusia, perubahan iklim, dan keadilan sosial.

Media sosial memberikan Generasi Z kesempatan untuk mengakses informasi secara lebih cepat dan langsung dari berbagai sumber, yang sering kali lebih terkini daripada media tradisional. Ini telah membuat mereka lebih sadar akan isu-isu penting dan sensitif dalam masyarakat, seperti ketidaksetaraan ekonomi, korupsi, dan keadilan sosial. Dengan kemampuan berbagi informasi secara instan, mereka juga dapat mempengaruhi opini publik dan memperjuangkan perubahan sosial dengan lebih efektif. Aktivisme digital melalui tagar (#) dan kampanye viral memungkinkan mereka untuk terlibat dalam gerakan yang lebih besar tanpa batasan geografis.

Generasi Z juga menggunakan media sosial untuk mempengaruhi politik secara langsung. Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat peningkatan penggunaan media sosial oleh politisi dan partai politik untuk menjangkau pemilih muda. Sebagai pemilih pemula, Generasi Z merasa lebih mudah terhubung dengan calon yang memiliki visi dan misi yang sesuai dengan pandangan mereka, tanpa harus bergantung pada media tradisional. Kampanye di media sosial memungkinkan mereka untuk mendapatkan informasi langsung dan ikut dalam diskusi politik yang lebih terbuka dan transparan.

Meskipun media sosial memiliki potensi besar dalam mendukung demokrasi, tantangan besar yang harus dihadapi adalah penyebaran misinformasi dan polarisasi. Berbagai platform sering kali menjadi ajang untuk hoaks dan berita palsu yang dapat memecah belah opini publik. Namun, banyak anggota Generasi Z yang semakin kritis terhadap informasi yang mereka terima. Mereka cenderung memverifikasi sumber informasi dan sering kali mengedepankan fakta yang valid dalam diskusi-diskusi mereka, berusaha melawan desinformasi dengan pendekatan berbasis data.

Secara keseluruhan, media sosial telah berkembang menjadi senjata demokrasi yang sangat berpengaruh bagi Generasi Z. Dengan memanfaatkan media sosial, mereka dapat berpartisipasi aktif dalam politik, meningkatkan kesadaran sosial, dan berkontribusi dalam memperjuangkan isu-isu penting bagi masa depan bangsa. Meski tantangan misinformasi masih ada, potensi media sosial untuk memfasilitasi dialog terbuka, mengedukasi masyarakat, dan memperjuangkan hak-hak sipil membuatnya menjadi alat yang sangat berharga dalam memperkuat demokrasi, terutama di kalangan generasi muda.

Dampak Media Sosial terhadap Kecemasan Generasi Muda: Tekanan untuk Sukses dan Gaya Hidup

Media sosial kini menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari generasi muda, memberikan hiburan dan manfaat lainnya. Namun, di balik semua itu, media sosial juga menghadirkan tekanan besar, terutama terkait dengan pencapaian kesuksesan. Psikolog Pendidikan, Karina Adistiana, menyebutkan bahwa kecemasan sering kali muncul di kalangan anak muda yang merasa belum mencapai kesuksesan, meskipun baru lulus beberapa bulan. Rasa cemas ini semakin diperburuk ketika mereka melihat teman-temannya sudah mendapatkan pekerjaan, sementara mereka masih menganggur.

Kondisi ini semakin tertekan ketika melihat unggahan di media sosial yang memperlihatkan pencapaian teman sebaya atau orang lain, seperti mendapatkan pekerjaan impian, memperoleh penghasilan besar, atau menikmati gaya hidup mewah. Karina menjelaskan, banyak orang yang tanpa ragu membagikan pencapaian mereka di media sosial, seperti pertama kali mendapat pekerjaan dengan gaji tinggi, meskipun baru bekerja sebentar. Hal ini menciptakan tekanan di kalangan anak muda untuk membuktikan kesuksesan mereka melalui materi dan pencapaian yang terlihat.

Tekanan sosial ini juga diperburuk oleh para influencer muda yang sering kali “flexing” atau memamerkan kekayaan mereka, seperti rumah, mobil mewah, atau perjalanan ke luar negeri, yang membuat generasi muda merasa mereka harus mencapai kesuksesan serupa pada usia muda. Namun, Karina menekankan bahwa cerita yang dibagikan di media sosial sering kali hanya menampilkan sisi positif, tanpa menunjukkan perjuangan atau faktor lain seperti privilese yang ada di balik kesuksesan tersebut. Misalnya, anak yang mendapatkan pekerjaan atau jabatan tinggi berkat bantuan orangtuanya, yang tidak terlihat oleh banyak orang.

Selain mempengaruhi pandangan tentang kesuksesan, media sosial juga membentuk ekspektasi tentang gaya hidup. Banyak konten yang memperlihatkan kehidupan mewah di kota besar dengan biaya tinggi, seperti tinggal di kos-kosan mahal, nongkrong di kafe berkelas, atau membeli barang bermerek. Semua ini menciptakan tekanan bagi generasi muda untuk menyesuaikan gaya hidup mereka agar mendapatkan pengakuan sosial. Karina menegaskan bahwa tuntutan gaya hidup yang dipamerkan di media sosial semakin memperberat tekanan untuk meraih penghasilan tinggi dan mengamankan gaya hidup tersebut.

Fenomena ‘Brain Rot’: Dampak Sosial Media terhadap Kemampuan Fokus di Era Digital

Di era digital yang semakin berkembang, kita melihat munculnya berbagai fenomena menarik, salah satunya yang ramai dibicarakan pada Desember 2024, yakni fenomena yang dikenal sebagai “Brain Rot” atau “pembusukan otak.” Istilah ini muncul karena pengaruh penggunaan media sosial yang berlebihan terhadap kemampuan otak untuk berfungsi optimal. Konsep ini mengacu pada penurunan kapasitas mental akibat kebiasaan konsumsi konten yang mengalir sesuai dengan algoritma media sosial, yang justru mengurangi daya ingat dan kemampuan berpikir kritis.

“Brain Rot” mencerminkan efek negatif dari konsumsi konten yang tidak terstruktur dan cenderung membosankan, yang membuat otak kehilangan ketajaman dalam memproses informasi. Salah satu perilaku yang memicu kondisi ini adalah “doom scrolling,” yaitu kebiasaan menggulir halaman feed media sosial tanpa tujuan jelas atau hanya sekedar mencari hiburan tanpa mempertimbangkan kualitas konten.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Digital Wellness Institute pada tahun 2023, sekitar 65% pengguna media sosial menghabiskan 3 hingga 4 jam setiap harinya hanya untuk menggulir konten secara tanpa henti, yang memperburuk kondisi ini.

Psikolog klinis, Dr. Andri Subekti, mengungkapkan bahwa kebiasaan tersebut sangat berisiko, terutama bagi kalangan muda yang gemar melakukan doom scrolling. Ia menambahkan bahwa kebiasaan menonton video pendek yang hanya bersifat hiburan dapat melemahkan kemampuan otak untuk fokus dan menyerap informasi baru dengan baik.

Salah satu mahasiswa Generasi Z yang mulai merasakan dampak “Brain Rot” mengungkapkan pengalamannya terkait kehilangan fokus saat belajar. Rasanya seperti sulit untuk fokus dalam waktu lama. Ketika dosen menjelaskan materi, saya merasa seperti tidak bisa menyerap semuanya, dan kepala terasa penuh namun kosong.

Waspadai Modus Hipnotis Dan Kenalan Semakin Marak Di Media Sosial

16 Desember 2024 — Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk lebih waspada terhadap modus-modus kejahatan, seperti hipnotis dan penipuan melalui kenalan di media sosial. Belakangan ini, dua jenis kejahatan tersebut semakin marak terjadi, menyasar berbagai kalangan, baik yang tinggal di perkotaan maupun di daerah. Polisi mengingatkan pentingnya kehati-hatian, terutama dalam berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal, baik secara langsung maupun melalui dunia maya.

Polisi mengungkapkan bahwa kejahatan dengan modus hipnotis kini menjadi salah satu tren yang mengkhawatirkan. Pelaku biasanya memanfaatkan kelengahan atau keadaan psikologis korban untuk mempengaruhi dan mengendalikan mereka, sehingga korban bisa dengan mudah dirampok atau dibohongi. “Kami sudah menerima beberapa laporan mengenai kejadian hipnotis, dan kami mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang asing, baik di tempat umum maupun di jalanan,” ujar juru bicara POLRI dalam konferensi pers.

Selain hipnotis, penipuan melalui kenalan di media sosial juga semakin marak. Para pelaku memanfaatkan aplikasi seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp untuk menjalin hubungan dengan korban, kemudian memanipulasi mereka agar mentransfer uang atau memberikan data pribadi. “Para pelaku biasanya membangun hubungan yang dekat dan penuh perhatian, lalu meminta uang atau informasi sensitif. Kami mendapati banyak kasus penipuan semacam ini,” jelas polisi.

Menanggapi hal ini, POLRI menyerukan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam berbagi informasi pribadi, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Polisi juga mengajak masyarakat untuk mengikuti pelatihan tentang keamanan digital dan melaporkan segera jika mendapati aktivitas mencurigakan. “Kami mendorong agar setiap orang lebih aktif dalam menjaga keamanan diri dan tidak mudah terpengaruh oleh tawaran atau kenalan yang tidak jelas,” tegas polisi. Dengan meningkatnya kesadaran, diharapkan kejahatan dengan modus hipnotis dan penipuan media sosial bisa lebih diminimalisir.

Kemkomdigi Imbau Masyarakat Waspada Modus Judi Online Di Media Sosial

Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkomdigi) mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap semakin maraknya modus judi online yang beredar di media sosial. Modus ini, yang kian sulit dikenali oleh pengguna internet, menjadi salah satu ancaman baru di dunia maya, terutama bagi generasi muda dan pengguna aktif media sosial.

Menurut Kemkomdigi, para pelaku perjudian online kini semakin pintar dalam menyamarkan aktivitas ilegal tersebut, menggunakan berbagai teknik agar tidak terdeteksi oleh sistem keamanan atau laporan dari masyarakat. Salah satu cara yang sering digunakan adalah dengan membuat akun-akun palsu atau situs yang terlihat sah dan menarik perhatian pengikut di media sosial. Para pelaku juga kerap memanfaatkan influencer atau tokoh terkenal untuk mempromosikan situs judi tanpa disadari banyak orang.

“Perjudian online semakin berkembang dan beragam, sehingga seringkali sulit untuk membedakan mana yang sah dan mana yang tidak. Kami meminta masyarakat agar selalu berhati-hati dengan tawaran yang tampak menggiurkan di media sosial,” ujar Juru Bicara Kemkomdigi, dalam keterangannya kepada media.

Selain itu, Kemkomdigi juga menekankan pentingnya edukasi digital bagi masyarakat, terutama dalam memahami bahaya perjudian online dan bagaimana melindungi diri dari jebakan tersebut. Salah satu cara untuk mengenali situs judi online adalah dengan memeriksa apakah situs tersebut memiliki izin resmi, serta menghindari tawaran yang menjanjikan kemenangan besar dalam waktu singkat.

Kemkomdigi juga bekerja sama dengan platform-platform digital untuk meningkatkan pengawasan dan mencegah penyebaran konten judi online. Dalam upaya ini, mereka mendorong kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih aman dan bersih dari kegiatan ilegal.

Dengan semakin maraknya kasus judi online, Kemkomdigi berharap masyarakat dapat lebih cerdas dalam menggunakan media sosial dan internet untuk menghindari dampak negatif dari praktik ilegal ini.