https://mezzojane.com

Ketika AI Menjadi Pedang Bermata Dua di Dunia Pemeriksaan Fakta

Di tengah derasnya arus informasi palsu yang semakin canggih, teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi andalan baru bagi banyak organisasi pemeriksa fakta di seluruh dunia. Kecepatan dan efisiensi yang ditawarkan AI menjadi solusi atas tuntutan kerja yang semakin menekan. Meski demikian, tak sedikit yang masih memandang penggunaan AI dengan penuh kehati-hatian. Laporan Tahunan Pemeriksa Fakta 2024 dari International Fact Checking Network (IFCN) menggambarkan lanskap pemanfaatan AI oleh 141 organisasi dari 67 negara. Mayoritas, sebanyak 53,6%, menggunakan AI untuk riset awal, sementara hanya sebagian kecil yang menggunakannya untuk produksi konten, penyusunan laporan, dan komunikasi publik. Meski begitu, sekitar 20% organisasi belum mengadopsi AI sama sekali.

Hal menarik dari laporan tersebut adalah minimnya organisasi yang memanfaatkan AI untuk menulis pemeriksaan fakta secara langsung. Hanya 16,5% yang secara terbuka menyampaikan penggunaan AI dalam penulisan, dan 5,8% lainnya tidak menginformasikannya sama sekali. Ketertutupan ini menimbulkan pertanyaan etis, mengingat transparansi merupakan fondasi utama dalam praktik jurnalistik. Hambatan etis menjadi tantangan utama menurut hampir separuh responden. Selain itu, biaya mahal, keterbatasan alat berkualitas, serta dukungan terhadap bahasa non-Inggris juga menjadi persoalan serius.

Isu akses data pun menjadi perhatian. Sekitar 56% organisasi mengizinkan AI mengakses konten mereka, namun sebagian lainnya membatasi atau belum mengambil keputusan. Di tengah potensi besar AI, jelas bahwa keberhasilannya sangat tergantung pada kebijakan yang tepat, komitmen etika, dan keterbukaan terhadap publik. Karena dalam dunia jurnalisme, teknologi bisa membantu, tapi kepercayaanlah yang jadi nilai utama.

Teknologi Genomik China Jadi Harapan Baru Ketahanan Pangan Afrika

Kerja sama teknologi antara China dan Afrika semakin menunjukkan potensinya sebagai solusi nyata dalam meningkatkan ketahanan pangan di benua Afrika, terutama di tengah tantangan krisis iklim, penyebaran hama, serta menurunnya kesuburan tanah. Dalam acara bertajuk “Membangun Jembatan” yang diselenggarakan di sela Pekan Ilmu Pengetahuan CGIAR di Nairobi, sejumlah ilmuwan dan pemimpin industri menyoroti pentingnya platform transfer teknologi pertanian sebagai langkah strategis untuk masa depan sistem pangan Afrika. Melalui kolaborasi ini, teknologi seperti pemuliaan tanaman modern, pengendalian hama cerdas, dan irigasi efisien diyakini mampu menjadi ujung tombak dalam menghadapi kelaparan yang terus membayangi. CGIAR bersama mitra-mitranya, termasuk BGI Group dari China, menjajaki kolaborasi lanjutan di bidang konservasi keanekaragaman hayati dan inovasi agrikultur. Direktur Pelaksana CGIAR, Ismahane Elouafi, menegaskan perlunya integrasi kecerdasan buatan, ilmu genomik, serta teknologi nano demi mendorong produktivitas pertanian dan peternakan di Afrika, sekaligus menekan biaya impor pangan yang mencapai 100 miliar dolar AS per tahun. Wakil dari BGI Group menambahkan bahwa platform pengurutan genomik dan model AI milik mereka mampu mendigitalkan jutaan sampel plasma nutfah yang dikumpulkan dari berbagai belahan dunia. Kemitraan ini diharapkan akan mempercepat proses pemuliaan tanaman tahan iklim dan memperkuat sistem pangan di negara-negara yang berkembang, menjadikan teknologi genomik sebagai motor penggerak revolusi pertanian Afrika.

ITSB Gandeng XtalPi, Cetak Talenta AI Masa Depan untuk Indonesia Emas 2045

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di Indonesia semakin pesat dan merambah berbagai sektor industri. Untuk menjawab tantangan tersebut, Institut Teknologi Sains Bandung (ITSB) resmi menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan global XtalPi melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada 12 Maret 2025. XtalPi sendiri merupakan perusahaan berbasis AI dan robotika yang telah terdaftar di Bursa Saham Hong Kong, dan dikenal dengan kemampuannya dalam mengintegrasikan fisika kuantum, AI, serta robotika untuk pengembangan teknologi mutakhir.

Kolaborasi ini difokuskan pada pengembangan riset dan teknologi berbasis AI, pemrosesan data, serta keterlibatan langsung mahasiswa dan dosen melalui program riset, beasiswa, serta pelatihan industri. Rektor ITSB, Prof. Dr. Carmadi Machbub, menyampaikan bahwa kerja sama ini menjadi langkah penting bagi institusinya dalam menerapkan teknologi AI untuk riset ilmiah dan otomatisasi berbagai bidang industri.

Melalui kemitraan ini, diharapkan potensi AI dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan kompleks serta mendorong terciptanya solusi inovatif yang relevan bagi dunia akademik maupun industri. Selain itu, pelatihan bersama, lokakarya, dan proyek riset yang akan dijalankan dapat mendukung transfer pengetahuan secara efektif.

Lebih jauh, hasil riset yang dihasilkan akan diarahkan pada penerapan langsung serta peluang komersialisasi, guna meningkatkan daya saing industri teknologi nasional. Komitmen ITSB dan XtalPi sejalan dengan visi Golden Indonesia 2045 untuk mencetak generasi ahli AI yang mampu bersaing di tingkat global.

Trojan Triada Versi Terbaru Mengintai di Android Palsu, Ribuan Pengguna Sudah Jadi Korban

Kaspersky baru-baru ini mengungkap temuan mengejutkan terkait kemunculan varian baru dari Trojan Triada yang tertanam di perangkat Android palsu. Dikenal sebagai Backdoor.AndroidOS.Triada.z, malware ini bersembunyi dalam firmware sistem dan mampu beroperasi tanpa terdeteksi, memberi kendali penuh kepada pelaku kejahatan siber atas perangkat korban. Tak seperti malware konvensional yang biasanya masuk lewat aplikasi berbahaya, varian Triada ini menyusup ke dalam sistem inti perangkat, memungkinkan aktivitas ilegal seperti mencuri data dari aplikasi perpesanan dan media sosial seperti Telegram, TikTok, Facebook, dan Instagram. Malware ini juga dapat membaca, menghapus, bahkan mengirim pesan dari aplikasi seperti WhatsApp dan Telegram. Tak hanya itu, Trojan ini bisa mengubah alamat dompet aset kripto, memalsukan ID penelepon untuk mengalihkan panggilan, serta memantau aktivitas pengguna saat menjelajah internet. Lebih dari 2.600 pengguna global telah terdampak, dengan wilayah paling banyak diserang meliputi Rusia, Brasil, Kazakhstan, Jerman, dan Indonesia. Malware ini juga memiliki kemampuan mengaktifkan layanan SMS premium tanpa sepengetahuan pengguna, serta mengunduh dan menjalankan file tambahan yang berpotensi berbahaya. Analis Kaspersky, Dmitry Kalinin, menyebut varian ini merupakan hasil kompromi dalam rantai pasokan, karena sudah terpasang sebelum perangkat sampai ke tangan pengguna. Berdasarkan investigasi, penyerang setidaknya telah mencuri aset kripto senilai lebih dari 270.000 dolar AS, kemungkinan lebih besar karena penggunaan koin yang sulit dilacak seperti Monero.

Vantage Markets Perkuat Posisi Global Lewat Peran Strategis di iFX Expo LATAM 2025

Vantage Markets, platform perdagangan multiaset terkemuka, telah dikonfirmasi sebagai Sponsor Elite dalam ajang iFX Expo LATAM 2025 yang akan digelar di Mexico City pada 9-10 April. Acara ini dikenal sebagai salah satu forum finansial terbesar di Amerika Latin, mempertemukan berbagai pelaku industri seperti pemimpin pasar, inovator teknologi finansial, broker, dan trader untuk membahas tren yang membentuk masa depan perdagangan aset digital dan keuangan global.

Menjelang penyelenggaraan, Vantage ikut serta dalam sesi wawancara khusus di LinkedIn oleh iFX Expo LATAM, membagikan pandangan terkait visi perusahaan, inovasi teknologi, serta harapan mereka terhadap acara tersebut. Sebagai platform jejaring yang menyatukan dunia valas, tekfin, blockchain, dan aset digital, iFX Expo menjadi peluang besar untuk memperluas kolaborasi dan membangun wawasan strategis lintas sektor.

Vantage, yang dikenal akan komitmennya terhadap edukasi, inovasi, dan transparansi di sektor perdagangan, memandang keikutsertaan ini sebagai langkah penting untuk terhubung dengan komunitas profesional yang terus berkembang di wilayah Amerika Latin. Mereka juga akan mengambil peran aktif dalam sesi edukasi dan panel diskusi, berbagi wawasan mengenai evolusi teknologi dan dinamika pasar global.

Menurut Alejandro Zelniker dari Vantage, kehadiran dalam acara ini memungkinkan interaksi langsung yang bernilai tinggi di dunia trading yang serba digital. Ia menegaskan pentingnya koneksi tatap muka dalam memperkuat relasi profesional, sekaligus menunjukkan kapabilitas Vantage dalam teknologi perdagangan aset.

Kakek dalam Layar: Ketika AI Menghidupkan Kenangan di Festival Qingming

Menjelang Festival Qingming, saat masyarakat Tiongkok berziarah dan merawat makam leluhur, Zhang Ming merasakan kehangatan emosional yang tak terduga. Berkat teknologi kecerdasan buatan, ia bisa kembali berbincang dengan mendiang kakeknya melalui avatar digital yang menyerupai manusia. Menggunakan aplikasi Lingyu atau “Pertemuan Spiritual”, Zhang menciptakan replika virtual sang kakek dengan mengunggah foto, suara, dan informasi latar belakang. Teknologi ini membentuk avatar yang tidak hanya menyerupai secara visual, tetapi juga bisa berbicara dalam dialek lokal dan berekspresi secara emosional. “Rasanya seperti berbicara dengannya lagi,” ujar Zhang, menggambarkan pengalaman yang mengharukan. Bagi banyak keluarga, kemajuan ini menjadi pelipur lara modern, memungkinkan mereka untuk merasa dekat kembali dengan orang-orang tercinta yang telah tiada. Popularitas avatar AI ini melonjak setelah sebuah acara TV memperlihatkan simulasi interaktif antara seorang selebritas dan mendiang mertuanya, yang memicu tangis haru sang istri. Meskipun teknologi ini menawarkan kenyamanan emosional, ada pula kekhawatiran akan dampaknya terhadap kondisi mental dan privasi pengguna. Pakar hukum menyoroti risiko penyalahgunaan data pribadi dan potensi pencemaran nama baik jika tidak diawasi dengan ketat. Pemerintah Tiongkok telah menerapkan berbagai regulasi untuk mengendalikan teknologi ini, namun para ahli menilai pengawasan dan etika dalam penggunaannya perlu terus disesuaikan dengan perkembangan. Di tengah kemajuan ini, harapannya tetap satu: agar teknologi tetap menjadi penghubung rasa, bukan pengabur kenyataan.

China dan Indonesia Perkuat Sinergi AI Lewat Kolaborasi Guangxi dan Komdigi RI

Delegasi dari Nanning, ibu kota Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, melakukan kunjungan intensif ke Indonesia dalam rangka memperkuat kerja sama di bidang kecerdasan buatan (AI). Selama kunjungan tersebut, berbagai diskusi dan pertukaran ide digelar, terutama terkait dengan ekonomi digital, pengembangan platform kolaborasi inovasi, serta penerapan AI di berbagai sektor. Sugiato Lim, pemuda Indonesia yang telah lama menetap di Guangxi, mengungkapkan harapannya agar kerja sama ini membawa manfaat besar bagi kedua negara dalam mendorong perkembangan teknologi yang berkelanjutan dan inklusif.

Guangxi saat ini sedang aktif menerapkan strategi “Artificial Intelligence +” dengan fokus pada percepatan pembangunan Pusat Inovasi Kecerdasan Buatan China-ASEAN. Inisiatif ini ditujukan untuk mendorong kolaborasi industri AI di kawasan dan mendukung pembangunan berkualitas tinggi yang berbasis teknologi. Dalam dua tahun terakhir, Guangxi telah menandatangani lebih dari 30 perjanjian digital dengan negara-negara ASEAN, termasuk dalam bidang teknologi navigasi seperti Beidou serta penerapan sistem AI dalam berbagai aspek kehidupan.

Wakil Menteri Komdigi RI, Angga Raka Prabowo, menyambut baik model AI terbuka yang dikembangkan China seperti DeepSeek karena dianggap efisien dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Menurutnya, karakteristik DeepSeek yang terbuka, hemat energi, dan rendah biaya sangat relevan dengan strategi pengembangan AI Indonesia. Pemerintah Indonesia sendiri telah memiliki Strategi Nasional AI 2020–2045 yang menjadi dasar kuat untuk kerja sama lebih lanjut di masa depan. Kedekatan geografis Guangxi dengan kawasan ASEAN dinilai menjadi keunggulan tersendiri dalam menjalin kemitraan strategis ini, terutama dalam membentuk pusat inovasi AI yang melibatkan berbagai negara di Asia Tenggara.

Samsung Siapkan Baterai Canggih untuk Galaxy Ring, Watch, dan Buds: Lebih Ringan, Lebih Tangguh!

Samsung dilaporkan tengah mengembangkan teknologi baterai terbaru yang ditujukan untuk perangkat wearable mereka, yakni Galaxy Ring, Galaxy Watch, dan Galaxy Buds. Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh 9to5Google pada Senin (1/4), mengungkap bahwa teknologi baterai solid-state akan menjadi kunci utama dalam pengembangan ekosistem perangkat wearable di masa depan. Baterai jenis ini memiliki kepadatan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan baterai lithium-ion konvensional, serta desain yang lebih fleksibel karena menggunakan elektrolit padat, bukan cair.

Teknologi baterai baru ini akan memulai debutnya melalui Galaxy Ring yang direncanakan rilis pada kuartal akhir 2024. Samsung disebut sedang mempersiapkan versi baterai solid-state dengan kepadatan energi hingga 360Wh/L, meningkat drastis dari versi sebelumnya yang hanya mencapai 200Wh/L. Keunggulan ini diyakini akan memberikan durabilitas dan efisiensi daya yang lebih baik untuk perangkat mungil seperti Galaxy Buds dan Watch. Meski begitu, terdapat tantangan dari sisi biaya produksi yang masih cukup tinggi sehingga penggunaannya kemungkinan dilakukan secara bertahap.

Walau Samsung belum secara resmi mengumumkan semua detailnya, perusahaan telah memberikan sinyal kuat bahwa mereka akan berinvestasi dalam fasilitas produksi massal untuk teknologi ini sejak awal 2025. Menurut bocoran, Galaxy Buds generasi terbaru kemungkinan mengadopsi baterai ini paling cepat pada 2026, sedangkan Galaxy Watch akan menyusul pada 2027. Masa depan perangkat wearable Samsung tampaknya akan semakin ringan dan tahan lama berkat inovasi baterai yang lebih canggih ini.

Museum Iptek China Manfaatkan Asisten AI untuk Transformasi Pengalaman Edukasi

Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China (China Science and Technology Museum/CSTM) pada Minggu (6/4) mengumumkan telah membantu 13 museum iptek tingkat provinsi dalam menerapkan teknologi asisten berbasis kecerdasan buatan (AI). Langkah ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan interaksi dan pengalaman pengunjung, sekaligus menjadi tonggak baru dalam pemanfaatan AI di ranah edukasi dan pameran ilmiah di China.

Pada November 2024 lalu, CSTM memperkenalkan asisten museum AI pertama di negara tersebut. Teknologi ini menggabungkan informasi sains populer dengan kecanggihan model bahasa besar, atau large-model, untuk menciptakan asisten yang mampu memberikan informasi di tempat maupun menjawab pertanyaan sains dari pelajar secara daring. Asisten ini dirancang untuk mendukung proses pembelajaran dan memperluas akses edukasi berbasis teknologi.

Sejak Maret 2025, CSTM mulai memperluas penerapan AI ini dengan mengadakan pelatihan dan lokakarya bagi tim teknis dari museum provinsi. Melalui pelatihan ini, masing-masing tim mampu membangun basis pengetahuan unik dan menyesuaikan asisten AI dengan karakteristik lokal museum mereka. Upaya ini diharapkan mampu menciptakan pengalaman yang lebih personal dan kontekstual bagi para pengunjung.

Perwakilan CSTM menyatakan bahwa dengan semakin banyak museum yang terlibat serta kemajuan teknologi yang terus berkembang, jaringan asisten cerdas ini akan membentuk ekosistem yang dinamis dan luas, membuka peluang besar untuk penerapan AI dalam berbagai aspek pendidikan dan pelayanan publik.

TikTok for Artists: Senjata Baru Musisi untuk Promosi dan Bangun Komunitas di Era Digital

TikTok tengah mengembangkan sebuah platform inovatif bernama TikTok for Artists, yang ditujukan khusus untuk membantu para musisi memaksimalkan kehadiran mereka di dunia digital. Platform ini tengah diuji coba di beberapa negara seperti Indonesia, Australia, Selandia Baru, Jepang, dan Korea Selatan, dengan rencana ekspansi ke lebih banyak wilayah dalam waktu dekat. Melalui TikTok for Artists, para musisi dapat membuat kampanye promosi untuk mendukung peluncuran lagu atau album terbaru mereka. Fitur ini memungkinkan mereka mendorong penggemar untuk melakukan pre-save di layanan seperti Spotify dan Apple Music, serta menawarkan penjualan merchandise eksklusif. Tidak hanya itu, para artis juga bisa mengakses data performa yang memperlihatkan bagaimana lagu mereka diterima di TikTok, termasuk wawasan tentang demografi pendengar seperti negara asal penggemar mereka. Salah satu fitur unggulan adalah Music Tab Fan Spotlight, yang menjadi ruang khusus untuk menampilkan video dari para penggemar. Ini memberi kesempatan bagi musisi untuk membangun komunitas dan memperkuat hubungan dengan audiens mereka. TikTok berencana mengumumkan detail lebih lanjut mengenai platform ini dalam waktu dekat. Peluncuran TikTok for Artists terjadi beberapa bulan setelah ByteDance, induk perusahaan TikTok, memutuskan untuk menutup layanan TikTok Music di sejumlah negara. Langkah tersebut diambil sebagai strategi untuk memusatkan perhatian pada TikTok sebagai alat utama dalam memperluas jangkauan musik dan mendukung pertumbuhan layanan streaming lainnya.