Tag Archives: Energi Terbarukan

https://mezzojane.com

Kolaborasi Indonesia-Jepang dan Indonesia-China untuk Masa Depan Energi Berkelanjutan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam memanfaatkan potensi mineral yang melimpah guna mendorong inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan mendukung upaya global dalam menghadapi perubahan iklim. Pernyataan ini disampaikan dalam rangka Indonesia-Japan Energy Forum (IJEF) ke-8 yang berlangsung pada Desember 2024.

Menurut Bahlil, dengan menyatukan kekayaan mineral Indonesia dan keahlian teknologi Jepang, kedua negara dapat mencapai langkah strategis dalam pengembangan energi berkelanjutan. Indonesia sendiri berkomitmen mencapai target emisi nol bersih (net zero emission) pada tahun 2060, sementara Jepang berkontribusi dalam akselerasi inovasi teknologi rendah karbon.

“Indonesia telah berhasil mengurangi emisi sebesar 128 juta ton pada 2023 melalui efisiensi energi, pengembangan energi terbarukan, dan penerapan teknologi rendah karbon,” ujar Bahlil. Ia juga menambahkan bahwa negara ini berambisi untuk mengurangi emisi hingga 915 juta ton CO2 pada 2030, dengan sektor energi menyumbang 358 juta ton dari target tersebut.

Dalam forum lain, The 7th Indonesia-China Energy Forum (ICEF), Bahlil menyampaikan rencana besar Indonesia untuk transisi energi, termasuk menawarkan kolaborasi kepada China. Potensi energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan (13.000 MW) dan Mamberamo (24.000 MW), menjadi poin utama dalam tawaran ini.

Selain itu, pemerintah Indonesia telah menyusun roadmap transisi energi yang mencakup langkah-langkah strategis, seperti pengembangan energi surya, hidro, panas bumi, dan hidrogen, serta penghentian bertahap pembangkit listrik berbasis batubara. Upaya ini didukung teknologi rendah emisi seperti Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).

Di sisi lain, pemerintah juga fokus pada penerapan energi hijau di sektor transportasi dengan memanfaatkan kendaraan listrik berbasis baterai, penggunaan biofuel, dan penerapan manajemen energi yang lebih efisien.

Melalui kerja sama dengan Jepang dan China, Indonesia berharap dapat mewujudkan masa depan energi yang berkelanjutan dan mendukung tercapainya dekarbonisasi global.

Pertamina di Usia 67 Tahun: Memimpin Transisi Energi Berkelanjutan dan Menghadirkan Inovasi untuk Masa Depan Indonesia

Sebagai perusahaan energi terbesar di Indonesia, PT Pertamina (Persero) telah memainkan peran sentral dalam mengelola pasokan energi nasional selama 67 tahun. Tidak hanya berfokus pada ketahanan energi, tetapi Pertamina juga berkomitmen dalam transisi energi yang ramah lingkungan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Sejak berdirinya pada 1957, perusahaan ini telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam beradaptasi dan berinovasi. Dengan langkah-langkah progresif, Pertamina terus berusaha menjadikan sumber daya energi lebih bersih dan ramah lingkungan. Dalam perjalanannya yang penuh transformasi, perusahaan ini telah berperan besar dalam mendorong penggunaan energi terbarukan dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya alam.

Inovasi untuk Keberlanjutan Energi

Salah satu terobosan utama yang diambil oleh Pertamina adalah penerapan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Teknologi ini memungkinkan pengelolaan emisi karbon dengan cara menangkap, menyimpan, dan memanfaatkan CO2 untuk keperluan industri, seperti produksi energi yang lebih bersih. Langkah ini tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga memberikan solusi terhadap dampak lingkungan dari eksplorasi dan produksi energi.

Selain itu, Pertamina semakin mengutamakan penggunaan sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan, seperti gas alam, biomassa, dan panel surya, serta mengedepankan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk mendukung transisi menuju energi rendah karbon yang relevan dengan kebutuhan masa depan.

Keberhasilan dalam Pencapaian ESG dan Kontribusi Ekonomi

Pertamina juga mencatatkan prestasi signifikan dalam pencapaian aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Per 10 Desember 2024, perusahaan ini memperoleh peringkat pertama dalam ESG Rating untuk sub-industri Integrated Oil and Gas dengan skor 20,6, yang menunjukkan komitmen dalam mengelola keberlanjutan dan dampak sosial.

Selain itu, Pertamina tetap menjadi perusahaan dengan kontribusi terbesar bagi perekonomian Indonesia. Dengan pendapatan mencapai USD75,79 miliar pada 2023 dan kontribusi Rp 304 triliun dalam bentuk pajak dan dividen, Pertamina telah menunjukkan betapa pentingnya peranannya dalam perekonomian negara.

Kontribusi Sosial dan Inisiatif Pemberdayaan Masyarakat

Melalui program Desa Energi Berdikari, Pertamina berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat dengan membangun desa berbasis energi terbarukan. Program ini memberikan akses energi bersih kepada lebih dari 32.000 orang dan membuka peluang ekonomi baru di tingkat lokal. Tak hanya itu, Pertamina juga mendukung sektor sosial melalui berbagai program seperti pengentasan masalah gizi, akses permodalan untuk UMKM, dan pemberdayaan perempuan.

Mendorong Inovasi dan Kesadaran Energi untuk Masa Depan

Pertamina terus mendukung program-program yang mengedepankan keberlanjutan seperti Pertamina Eco RunFest dan Pertamina SMEXPO, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya energi terbarukan. Program-program ini juga memberikan platform bagi generasi muda dan UMKM untuk terlibat dalam menciptakan masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Dengan semua pencapaian dan komitmen terhadap keberlanjutan ini, Pertamina membuktikan bahwa dalam perjalanan menuju masa depan yang hijau dan berkelanjutan, energi tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Inovasi Pertamina: Mengubah Minyak Jelantah Menjadi Bahan Bakar Penerbangan Ramah Lingkungan

PT Pertamina (Persero) kembali menunjukkan inovasi terbarunya dengan mengubah minyak jelantah atau minyak goreng bekas menjadi bahan bakar penerbangan ramah lingkungan, yaitu Sustainable Aviation Fuel (SAF). Indonesia, yang memiliki potensi minyak jelantah terbesar di dunia, diperkirakan dapat menghasilkan 1-3 juta ton minyak jelantah per tahun, yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan SAF. Oki Muraza, SVP Research & Technology Innovation Pertamina, mengungkapkan bahwa Indonesia, dengan kekayaan keanekaragaman hayati dan minyak nabati yang melimpah, berupaya mengolah minyak jelantah tersebut menjadi bahan bakar ramah lingkungan.

Dalam proses pembuatan SAF ini, Pertamina menggunakan teknologi Hydro-processed Esters and Fatty Acids (HEFA), serta dua teknologi lainnya, yaitu hidrogenasi dan isomerisasi, untuk mengubah minyak jelantah menjadi bahan bakar yang dapat digunakan dalam penerbangan. Oki juga menambahkan bahwa hasil uji coba di laboratorium Pertamina di Pulo Gadung, Jakarta Timur, menunjukkan hasil yang sangat baik dengan salah satu yield tertinggi di dunia.

Ke depan, Pertamina menargetkan untuk memproduksi SAF secara masif di Kilang Cilacap, Jawa Tengah, dengan harapan produksi dapat dimulai pada kuartal pertama 2025. Program ini merupakan bagian dari upaya Pertamina untuk mendukung pengembangan energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon.

Sebagai bagian dari inisiatif ini, Pertamina melalui PT Pertamina Patra Niaga meluncurkan program Green Movement UCO pada 21 Desember 2024. Program ini bertujuan untuk mengumpulkan minyak jelantah di beberapa SPBU dan rumah sakit IHC di Jabodetabek dan Bandung. Minyak jelantah yang terkumpul akan dibeli dan dimanfaatkan untuk produksi biofuel. Program ini juga memberikan insentif bagi masyarakat yang berpartisipasi, berupa saldo e-wallet dan tambahan e-voucher. Ke depan, Pertamina berharap program ini dapat diperluas ke lebih banyak lokasi di Indonesia.

Melalui inisiatif ini, Pertamina berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mendaur ulang minyak jelantah sekaligus mendukung upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta mengurangi emisi hingga 84% dibandingkan bahan bakar jet konvensional.