Tag Archives: Generasi Z

Peran Media Sosial dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Generasi Z

Pada 22 Desember 2024, semakin banyak pengamat yang menyoroti peran penting media sosial dalam membentuk pola pikir politik dan partisipasi masyarakat, terutama di kalangan Generasi Z. Generasi yang tumbuh dengan internet dan perangkat digital ini menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menyuarakan pendapat, berdiskusi, dan mengorganisasi aksi-aksi sosial. Dari platform seperti Twitter, Instagram, hingga TikTok, media sosial telah menjadi alat yang efektif untuk memobilisasi dukungan terhadap isu-isu demokrasi, termasuk hak asasi manusia, perubahan iklim, dan keadilan sosial.

Media sosial memberikan Generasi Z kesempatan untuk mengakses informasi secara lebih cepat dan langsung dari berbagai sumber, yang sering kali lebih terkini daripada media tradisional. Ini telah membuat mereka lebih sadar akan isu-isu penting dan sensitif dalam masyarakat, seperti ketidaksetaraan ekonomi, korupsi, dan keadilan sosial. Dengan kemampuan berbagi informasi secara instan, mereka juga dapat mempengaruhi opini publik dan memperjuangkan perubahan sosial dengan lebih efektif. Aktivisme digital melalui tagar (#) dan kampanye viral memungkinkan mereka untuk terlibat dalam gerakan yang lebih besar tanpa batasan geografis.

Generasi Z juga menggunakan media sosial untuk mempengaruhi politik secara langsung. Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat peningkatan penggunaan media sosial oleh politisi dan partai politik untuk menjangkau pemilih muda. Sebagai pemilih pemula, Generasi Z merasa lebih mudah terhubung dengan calon yang memiliki visi dan misi yang sesuai dengan pandangan mereka, tanpa harus bergantung pada media tradisional. Kampanye di media sosial memungkinkan mereka untuk mendapatkan informasi langsung dan ikut dalam diskusi politik yang lebih terbuka dan transparan.

Meskipun media sosial memiliki potensi besar dalam mendukung demokrasi, tantangan besar yang harus dihadapi adalah penyebaran misinformasi dan polarisasi. Berbagai platform sering kali menjadi ajang untuk hoaks dan berita palsu yang dapat memecah belah opini publik. Namun, banyak anggota Generasi Z yang semakin kritis terhadap informasi yang mereka terima. Mereka cenderung memverifikasi sumber informasi dan sering kali mengedepankan fakta yang valid dalam diskusi-diskusi mereka, berusaha melawan desinformasi dengan pendekatan berbasis data.

Secara keseluruhan, media sosial telah berkembang menjadi senjata demokrasi yang sangat berpengaruh bagi Generasi Z. Dengan memanfaatkan media sosial, mereka dapat berpartisipasi aktif dalam politik, meningkatkan kesadaran sosial, dan berkontribusi dalam memperjuangkan isu-isu penting bagi masa depan bangsa. Meski tantangan misinformasi masih ada, potensi media sosial untuk memfasilitasi dialog terbuka, mengedukasi masyarakat, dan memperjuangkan hak-hak sipil membuatnya menjadi alat yang sangat berharga dalam memperkuat demokrasi, terutama di kalangan generasi muda.

Fenomena ‘Brain Rot’: Dampak Sosial Media terhadap Kemampuan Fokus di Era Digital

Di era digital yang semakin berkembang, kita melihat munculnya berbagai fenomena menarik, salah satunya yang ramai dibicarakan pada Desember 2024, yakni fenomena yang dikenal sebagai “Brain Rot” atau “pembusukan otak.” Istilah ini muncul karena pengaruh penggunaan media sosial yang berlebihan terhadap kemampuan otak untuk berfungsi optimal. Konsep ini mengacu pada penurunan kapasitas mental akibat kebiasaan konsumsi konten yang mengalir sesuai dengan algoritma media sosial, yang justru mengurangi daya ingat dan kemampuan berpikir kritis.

“Brain Rot” mencerminkan efek negatif dari konsumsi konten yang tidak terstruktur dan cenderung membosankan, yang membuat otak kehilangan ketajaman dalam memproses informasi. Salah satu perilaku yang memicu kondisi ini adalah “doom scrolling,” yaitu kebiasaan menggulir halaman feed media sosial tanpa tujuan jelas atau hanya sekedar mencari hiburan tanpa mempertimbangkan kualitas konten.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Digital Wellness Institute pada tahun 2023, sekitar 65% pengguna media sosial menghabiskan 3 hingga 4 jam setiap harinya hanya untuk menggulir konten secara tanpa henti, yang memperburuk kondisi ini.

Psikolog klinis, Dr. Andri Subekti, mengungkapkan bahwa kebiasaan tersebut sangat berisiko, terutama bagi kalangan muda yang gemar melakukan doom scrolling. Ia menambahkan bahwa kebiasaan menonton video pendek yang hanya bersifat hiburan dapat melemahkan kemampuan otak untuk fokus dan menyerap informasi baru dengan baik.

Salah satu mahasiswa Generasi Z yang mulai merasakan dampak “Brain Rot” mengungkapkan pengalamannya terkait kehilangan fokus saat belajar. Rasanya seperti sulit untuk fokus dalam waktu lama. Ketika dosen menjelaskan materi, saya merasa seperti tidak bisa menyerap semuanya, dan kepala terasa penuh namun kosong.