Tag Archives: Kesehatan Mental

Pentingnya Detox Media Sosial Untuk Kesehatan Mental Di Era Digital

Berbagai penelitian dan artikel terbaru menyoroti pentingnya melakukan detox media sosial sebagai langkah untuk menjaga kesehatan mental di tengah penggunaan teknologi yang semakin meningkat. Dalam era digital ini, banyak individu merasa terjebak dalam siklus penggunaan media sosial yang berlebihan, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis mereka. Ini menunjukkan bahwa kesadaran akan dampak media sosial terhadap kesehatan mental menjadi semakin penting.

Penggunaan media sosial yang berlebihan sering kali menyebabkan perbandingan sosial yang tidak sehat, di mana individu merasa rendah diri ketika membandingkan hidup mereka dengan kehidupan “sempurna” orang lain di platform tersebut. Hal ini dapat memicu perasaan cemas, depresi, dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini dapat meningkatkan risiko gangguan mental jika tidak ditangani dengan baik. Ini mencerminkan perlunya pendekatan proaktif dalam mengelola penggunaan media sosial.

Melakukan detox media sosial dapat memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan mental. Dengan mengurangi paparan terhadap konten negatif dan tekanan untuk selalu terhubung, individu dapat merasakan peningkatan suasana hati dan stabilitas emosional. Selain itu, detox ini juga memungkinkan seseorang untuk lebih fokus pada interaksi di dunia nyata dan kegiatan yang lebih produktif. Ini menunjukkan bahwa memutuskan hubungan sementara dengan dunia maya dapat memberikan ruang bagi pemulihan mental.

Detox media sosial juga berkontribusi pada peningkatan kualitas tidur. Banyak orang mengalami gangguan tidur akibat kebiasaan menggunakan perangkat digital sebelum tidur, yang dapat mengganggu produksi hormon melatonin. Dengan mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial, individu dapat menikmati tidur yang lebih berkualitas dan mengurangi risiko masalah kesehatan fisik seperti sakit kepala dan gangguan mata. Ini mencerminkan hubungan erat antara kesehatan mental dan fisik.

Para ahli merekomendasikan beberapa strategi untuk melakukan detox media sosial, seperti menetapkan batasan waktu penggunaan, mematikan notifikasi aplikasi, atau bahkan mengambil jeda total dari semua platform media sosial. Dengan cara ini, individu dapat secara bertahap mengurangi ketergantungan mereka terhadap perangkat digital dan menemukan kembali keseimbangan dalam hidup mereka. Ini menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam kebiasaan sehari-hari bisa membawa dampak besar bagi kesehatan mental.

Dengan meningkatnya kesadaran tentang dampak negatif media sosial, semua pihak kini diajak untuk mempertimbangkan pentingnya detox media sosial sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Mengambil waktu untuk menjauh dari dunia maya bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan mental, tetapi juga membantu individu menemukan kembali makna dalam interaksi sosial yang lebih nyata. Ini menjadi momen penting bagi masyarakat untuk merayakan keseimbangan antara kehidupan digital dan kehidupan nyata demi kesehatan yang lebih baik.

Bahaya Scrolling Medsos Berlebihan: Dampaknya pada Kesehatan Mental Anak dan Dewasa

Kebiasaan scrolling media sosial secara berlebihan kini menjadi perhatian serius karena dapat memengaruhi kesehatan mental dan pola pikir, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, dalam unggahan YouTube Kementerian Kesehatan RI, menjelaskan bahwa meskipun scrolling terasa menyenangkan, kebiasaan ini memiliki dampak jangka panjang yang merugikan.

Vera menjelaskan bahwa scrolling media sosial memberi rangsangan yang cepat dan singkat, di mana otak terus terpapar pada konten baru tanpa kesempatan untuk mencerna informasi secara mendalam. “Saat melihat konten yang hanya berdurasi 15-30 detik, kita langsung beralih ke konten berikutnya tanpa memproses apa yang baru saja kita lihat,” ujar Vera. Kebiasaan ini memicu pelepasan dopamin, hormon yang memunculkan rasa senang. Namun, efeknya bisa membuat otak terbiasa mencari kepuasan instan, yang pada akhirnya mengurangi kemampuan untuk berkonsentrasi dan berpikir kritis.

Bagi orang dewasa, dampaknya adalah menjadi lebih tidak sabar, mudah stres, dan merasa mental lelah. Kebiasaan scrolling ini juga membuat mereka enggan melakukan aktivitas yang memerlukan usaha lebih, seperti membaca buku atau berolahraga, karena terbiasa dengan kenyamanan informasi instan.

Sementara itu, bagi anak-anak, dampaknya jauh lebih serius. Anak-anak belum memiliki mekanisme pengendalian diri untuk berhenti ketika sudah terlalu lama menggunakan gadget. “Anak-anak lebih rentan terhadap kelebihan rangsangan otak. Mereka akan berhenti hanya ketika baterai habis atau kuota internet habis. Mereka belum bisa dengan sadar menghentikan aktivitas scrolling,” jelas Vera. Selain itu, perubahan zaman yang membuat anak-anak lebih sering bermain dengan gadget ketimbang beraktivitas di luar rumah memperburuk kondisi ini. Tanpa pengawasan yang tepat dan batasan waktu yang jelas, anak-anak berisiko mengalami gangguan konsentrasi, kesulitan berpikir kritis, dan bahkan mengalami stres sejak dini.

Meningkatkan Kesejahteraan Digital: Menyelaraskan Kebiasaan dan Teknologi untuk Kesehatan Mental dan Fisik

Perkembangan teknologi digital telah mengubah kebiasaan masyarakat secara signifikan, dari transaksi hingga akses informasi tanpa batas ruang dan waktu. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2023, sebanyak 215 juta warga Indonesia menggunakan internet. Dampaknya, baik positif maupun negatif, mulai terasa dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kebiasaan digital masyarakat.

Pusat Studi Digital Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) membahas pentingnya keseimbangan mental dalam tajuk Difussion #106 bertema “Kesejahteraan Digital: Langkah Praktis Mengelola Keseimbangan Mental”. Rizka Herdiani, peneliti CfDS, menjelaskan bahwa teknologi digital memengaruhi cara masyarakat memahami dan menjalani kehidupan yang baik dalam era serba digital. Ia menyoroti peningkatan paparan digital sejak pandemi yang telah membentuk pola kebiasaan baru, termasuk gejala seperti FOMO (Fear of Missing Out), yang sering dialami anak muda.

FOMO dapat menyebabkan kecemasan berlebih, seperti ketakutan ketinggalan informasi dan ketergantungan pada perangkat digital. Hal ini menjadi alasan utama mengapa pemahaman tentang kesejahteraan digital sangat penting. Sayangnya, upaya menciptakan kebiasaan digital yang sehat masih bergantung pada perilaku pengguna, karena fitur aplikasi belum sepenuhnya mendukung pengaturan yang efektif untuk memfilter konten yang tidak diinginkan.

Kesejahteraan digital juga berkaitan erat dengan bagaimana layanan digital dapat mendukung pola hidup sehat masyarakat. Dosen UGM, Anis Fuad, mengungkapkan bahwa digitalisasi berperan besar dalam meningkatkan akses layanan kesehatan. Contohnya, aplikasi digital mempermudah pendaftaran rumah sakit dan memberikan alat untuk memantau kesehatan, seperti penghitung langkah, detak jantung, dan pengingat tidur. Salah satu inovasi dari BPJS Kesehatan adalah aplikasi Electronic Health Record (EHR), yang memungkinkan masyarakat memantau rekam medis, data screening kesehatan, dan risiko penyakit secara mandiri.

Kesejahteraan digital tidak hanya mendukung pola hidup sehat, tetapi juga berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya poin ketiga tentang kehidupan sehat dan sejahtera. Dengan teknologi yang semakin maju, masyarakat didorong untuk lebih peduli terhadap kesehatan fisik dan mental melalui pemanfaatan teknologi secara bijak dan terarah.