Tag Archives: Manusia

https://mezzojane.com

Kecerdasan Buatan vs Manusia: Mengapa AI Masih Kesulitan Membuat Analogi

Penelitian terbaru yang diterbitkan pada Februari 2025 dalam jurnal Transactions on Machine Learning Research mengungkapkan perbedaan mendalam antara cara manusia dan kecerdasan buatan (AI) memproses informasi, terutama dalam membuat analogi. Meskipun AI berkembang pesat, penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan AI dalam membuat analogi sederhana jauh tertinggal dibandingkan manusia. Para ilmuwan menguji kemampuan model bahasa besar (LLM) dan manusia dalam menyelesaikan soal analogi dan pola angka digital. Hasilnya, manusia unggul dalam menyelesaikan soal tersebut, sedangkan performa AI menurun tajam ketika soal menjadi lebih kompleks. Contohnya, dalam soal perubahan huruf, manusia cenderung dapat dengan cepat memahami pola, sementara AI sering gagal.

Salah satu temuan utama adalah bahwa AI masih belum memiliki kemampuan “zero-shot learning,” kemampuan manusia untuk menggeneralisasi dari pola yang belum pernah ditemui sebelumnya. AI hanya mampu mencocokkan pola yang telah ada, tetapi kesulitan dalam menarik kesimpulan dari situasi baru. Ini menunjukkan bahwa meskipun AI mampu mengenali pola, ia belum dapat membuat generalisasi seperti manusia. Kelemahan ini memiliki dampak signifikan, terutama dalam bidang hukum, di mana AI mulai digunakan untuk membantu analisis kasus dan rekomendasi hukuman. Tanpa kemampuan berpikir analogis yang kuat, AI berisiko gagal dalam menghubungkan preseden hukum yang relevan. Oleh karena itu, penelitian ini memperingatkan agar kita berhati-hati dalam mengandalkan AI untuk pengambilan keputusan penting, karena meskipun canggih, AI masih jauh dari kemampuan berpikir manusia.

Pengaruh Media Sosial Terhadap Fungsi Otak Manusia Di Era Digital

Pada tanggal 3 Januari 2025, penelitian terbaru mengungkapkan dampak signifikan media sosial terhadap fungsi otak manusia. Dengan meningkatnya penggunaan platform digital, fenomena seperti “brain rot” atau pembusukan otak menjadi perhatian utama, yang mencerminkan bagaimana kebiasaan konsumsi informasi dapat memengaruhi kesehatan mental dan kognisi.

Istilah “brain rot” telah diangkat sebagai kata tahun oleh Oxford University Press pada 2024, menandakan kekhawatiran global mengenai dampak negatif media sosial. Fenomena ini merujuk pada penurunan kemampuan mental yang disebabkan oleh konsumsi berlebihan konten tidak bermakna di platform digital. Penelitian menunjukkan bahwa paparan terus-menerus terhadap informasi ringan dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan konsentrasi, terutama di kalangan Generasi Z dan Alpha yang tumbuh dengan teknologi.

Penggunaan media sosial yang intensif juga berdampak pada kualitas komunikasi interpersonal. Kebiasaan berkomunikasi singkat dan informal di media sosial sering kali terbawa ke dalam interaksi sehari-hari, mengurangi kemampuan individu untuk berkomunikasi secara efektif dalam konteks profesional. Hal ini menimbulkan tantangan dalam dunia kerja, di mana komunikasi yang jelas dan terstruktur sangat penting.

Media sosial mendorong pengguna untuk mencari kepuasan instan melalui konten viral, yang dapat mengganggu proses berpikir mendalam. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang sering menggunakan media sosial lebih cenderung mengalami kesulitan dalam menghadapi materi yang memerlukan analisis kritis. Akibatnya, kreativitas dan kemampuan problem-solving mereka juga terpengaruh, menjadikan mereka kurang siap untuk menghadapi tantangan kompleks.

Kecanduan media sosial berhubungan erat dengan peningkatan gejala gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang menghabiskan lebih dari tiga jam per hari di platform sosial berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental. Ini mempertegas perlunya kesadaran akan penggunaan media sosial yang sehat dan seimbang.

Dengan semakin meningkatnya pengaruh media sosial terhadap fungsi otak manusia, penting bagi individu untuk mengevaluasi cara mereka berinteraksi dengan teknologi. Mengambil jeda dari media sosial dapat membantu mengembalikan keseimbangan mental dan meningkatkan kualitas hidup. Tahun 2025 diharapkan menjadi momentum bagi masyarakat untuk lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial demi kesehatan mental yang lebih baik dan hubungan interpersonal yang lebih kuat.