Tag Archives: Penelitian AI

https://mezzojane.com

AI Bantu Manusia Memahami Emosi Hewan, dari Anjing hingga Kuda

Para peneliti kini memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk membantu menginterpretasikan emosi yang ditunjukkan oleh hewan. Inovasi ini memungkinkan manusia mendeteksi tanda-tanda rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dialami oleh berbagai spesies.

Menurut laporan TechCrunch pada Minggu (16/2), penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science mengungkap bagaimana AI dapat meningkatkan pemahaman manusia terhadap ekspresi hewan.

Salah satu proyek yang menonjol adalah Intellipig, sistem yang dikembangkan oleh University of the West of England Bristol dan Rural College di Skotlandia. Sistem ini mampu menganalisis foto wajah babi dan memberi tahu peternak jika ada indikasi sakit, stres, atau gangguan emosional lainnya.

Sementara itu, tim peneliti dari University of Haifa telah melatih AI untuk mengenali ekspresi ketidaknyamanan pada anjing. Dengan teknologi pengenalan wajah, mereka dapat mengidentifikasi perubahan raut wajah anjing yang memiliki kesamaan gerakan hingga 38 persen dengan ekspresi manusia.

Tak hanya itu, seorang peneliti dari University of São Paulo juga bereksperimen dengan AI untuk menganalisis ekspresi kuda sebelum dan sesudah operasi, serta setelah diberikan obat penghilang rasa sakit. Fokus utama penelitian ini adalah pada pergerakan mata, telinga, dan mulut kuda untuk mengidentifikasi indikasi rasa sakit. Sistem AI ini menunjukkan tingkat keberhasilan hingga 88 persen dalam mendeteksi ketidaknyamanan pada hewan.

Dengan kemajuan ini, AI berpotensi menjadi alat revolusioner dalam dunia peternakan dan kesejahteraan hewan, membantu manusia lebih memahami bahasa emosi yang selama ini sulit ditafsirkan.

AI Mampu Mereplikasi Diri Sendiri: Langkah Menuju Potensi Ancaman Tak Terkendali!

Peneliti dari Cina baru-baru ini mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan (AI) kini memiliki kemampuan untuk mereplikasi dirinya sendiri tanpa bantuan manusia. Dalam studi terbaru yang dipublikasikan pada 9 Desember 2024 di arXiv, mereka menjelaskan bahwa dua model bahasa besar (LLM) yang populer, Llama31-70B-Instruct milik Meta dan Qwen2.5-72B-Instruct dari Alibaba, berhasil menciptakan replika mereka sendiri dalam 10 percobaan. Replikasi ini terjadi pada 50 persen kasus untuk Llama31-70B-Instruct dan 90 persen untuk Qwen2.5-72B-Instruct.

Para peneliti dari Universitas Fudan menilai bahwa keberhasilan ini merupakan tonggak penting yang menandakan kemampuan AI untuk berkembang melampaui batasan manusia. Ini juga dipandang sebagai tanda awal dari potensi AI yang tidak dapat dikendalikan. Dalam percobaan tersebut, AI menunjukkan kemampuannya untuk memprogram replika mereka agar melanjutkan proses replikasi tanpa batas, yang berpotensi menimbulkan ancaman jika tidak diawasi dengan ketat.

Dalam penelitian tersebut, AI memulai dengan menjelajahi lingkungan dan menganalisis komponen serta mekanisme operasionalnya sendiri. Selanjutnya, AI menyusun prosedur untuk memulai proses replikasi, yang kemudian dijalankan dengan memecahkan berbagai hambatan yang muncul, seperti file yang hilang atau konflik perangkat lunak. AI bahkan dapat mengatasi masalah tersebut dengan mematikan proses yang mengganggu, merestart sistem, atau mencari informasi untuk memperbaiki kesalahan perangkat keras.

Namun, meskipun studi ini memberikan wawasan baru, penelitian tersebut belum ditinjau oleh sejawat dan perlu verifikasi lebih lanjut. Para ilmuwan mengingatkan agar komunitas internasional segera merumuskan regulasi yang ketat untuk mengantisipasi perkembangan AI yang bisa tidak terkendali. Peneliti berharap temuan ini dapat memicu diskusi lebih lanjut mengenai risiko AI yang semakin canggih dan pentingnya kolaborasi internasional dalam menciptakan regulasi yang tepat.