Tag Archives: Penggunaan AI

https://mezzojane.com

AI dalam Dunia Medis: Setara dengan Dokter Nonspesialis

Kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat dan kini menunjukkan kemampuannya dalam mendukung diagnosis penyakit, bahkan setara dengan dokter nonspesialis. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Osaka Metropolitan University, Jepang, mengungkapkan bahwa AI generatif mampu melakukan diagnosis penyakit dengan akurasi yang mirip dengan dokter nonspesialis. Studi ini, yang dipublikasikan pada 22 Maret 2025, melibatkan analisis 83 makalah penelitian yang diterbitkan antara Juni 2018 dan Juni 2024. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun dokter spesialis memiliki akurasi diagnosis yang lebih tinggi sebesar 15,8 persen, beberapa model AI bahkan lebih baik dibandingkan dokter nonspesialis.

Peneliti Hirotaka Takita menjelaskan bahwa meskipun hasil ini menunjukkan bahwa AI masih kalah dibandingkan dokter spesialis, teknologi ini bisa menjadi alat bantu yang sangat berguna, terutama di daerah dengan kekurangan sumber daya medis. AI dapat digunakan untuk mendukung dokter nonspesialis dalam proses pendidikan kedokteran dan diagnosis penyakit. Namun, Takita juga menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi kemampuan AI dalam kondisi klinis yang lebih kompleks.

Dalam studi sebelumnya yang dilakukan oleh University of Virginia Health System, AS, peneliti menemukan bahwa AI seperti ChatGPT Plus tidak signifikan meningkatkan akurasi diagnosis jika dibandingkan dengan tenaga medis umum. Walaupun akurasi sedikit lebih tinggi, penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi AI dalam praktik medis memerlukan pelatihan khusus agar teknologi ini digunakan secara efektif.

Tren AI Mengubah Foto Menjadi Boneka: Viral, Menarik, Tapi Penuh Kontroversi

Tren baru yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif, seperti ChatGPT dan Copilot, untuk mengubah foto pribadi menjadi boneka digital tengah viral di kalangan pengguna media sosial. Banyak selebritas dan tokoh terkenal mencoba tren ini untuk menciptakan versi miniatur mereka. Namun, meski terlihat menyenangkan, beberapa pihak mengingatkan tentang potensi dampak buruk yang dapat timbul. Mereka mengkhawatirkan penggunaan AI yang sering kali didorong oleh rasa takut ketinggalan tren atau FOMO, tanpa mempertimbangkan dengan seksama kekhawatiran terkait etika penggunaan teknologi ini.

Salah satu aspek yang membuat tren ini menarik adalah kemampuan AI untuk mempersonalisasi gambar dengan detail tinggi, termasuk aksesori dan jenis kemasan tertentu, bahkan menyertakan pilihan pakaian. Namun, tidak jarang hasilnya mengecewakan, dengan beberapa gambar boneka tampak sangat berbeda dengan aslinya. Terlebih lagi, teknologi AI generatif ini memiliki kecenderungan untuk mengada-ada, menciptakan gambaran yang mungkin jauh dari harapan penggunanya.

Jasmine Enberg, seorang analis media sosial, menjelaskan bahwa meskipun AI mempercepat pembuatan konten digital, efek sampingnya adalah mempercepat peningkatan pengguna media sosial lainnya. Namun, teknologi ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait konsumsi energi yang besar, dengan pusat data yang mengelola gambar-gambar tersebut menghabiskan lebih banyak listrik daripada yang digunakan oleh 117 negara. Profesor Gina Neff menyoroti masalah privasi dan dampak terhadap lingkungan, mengatakan bahwa tren seperti ini bisa menjadi ancaman terhadap budaya, privasi, dan planet kita.

Meskipun menyenangkan untuk diikuti, Jo Bromilow, seorang direktur di agensi kreatif MSL UK, mempertanyakan apakah hasil yang lucu dan menggemaskan benar-benar sepadan dengan dampaknya. Dalam menjalani tren ini, penting untuk mempertimbangkan cara penggunaan teknologi dengan bijak dan penuh tanggung jawab.

AI Bantu Manusia Memahami Emosi Hewan, dari Anjing hingga Kuda

Para peneliti kini memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk membantu menginterpretasikan emosi yang ditunjukkan oleh hewan. Inovasi ini memungkinkan manusia mendeteksi tanda-tanda rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dialami oleh berbagai spesies.

Menurut laporan TechCrunch pada Minggu (16/2), penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science mengungkap bagaimana AI dapat meningkatkan pemahaman manusia terhadap ekspresi hewan.

Salah satu proyek yang menonjol adalah Intellipig, sistem yang dikembangkan oleh University of the West of England Bristol dan Rural College di Skotlandia. Sistem ini mampu menganalisis foto wajah babi dan memberi tahu peternak jika ada indikasi sakit, stres, atau gangguan emosional lainnya.

Sementara itu, tim peneliti dari University of Haifa telah melatih AI untuk mengenali ekspresi ketidaknyamanan pada anjing. Dengan teknologi pengenalan wajah, mereka dapat mengidentifikasi perubahan raut wajah anjing yang memiliki kesamaan gerakan hingga 38 persen dengan ekspresi manusia.

Tak hanya itu, seorang peneliti dari University of São Paulo juga bereksperimen dengan AI untuk menganalisis ekspresi kuda sebelum dan sesudah operasi, serta setelah diberikan obat penghilang rasa sakit. Fokus utama penelitian ini adalah pada pergerakan mata, telinga, dan mulut kuda untuk mengidentifikasi indikasi rasa sakit. Sistem AI ini menunjukkan tingkat keberhasilan hingga 88 persen dalam mendeteksi ketidaknyamanan pada hewan.

Dengan kemajuan ini, AI berpotensi menjadi alat revolusioner dalam dunia peternakan dan kesejahteraan hewan, membantu manusia lebih memahami bahasa emosi yang selama ini sulit ditafsirkan.