Tag Archives: Teknologi Digital

https://mezzojane.com

Fitur Belanja Cerdas ChatGPT: Era Baru Pencarian dan Rekomendasi Produk

OpenAI baru saja menghadirkan pembaruan menarik pada fitur pencarian ChatGPT yang memungkinkan pengguna menikmati pengalaman berbelanja daring secara lebih praktis dan interaktif. Dengan fitur baru ini, pengguna dapat mencari produk dan langsung mendapatkan rekomendasi lengkap dengan gambar, ulasan, serta tautan menuju laman pembelian. Pengguna juga bisa mengajukan pertanyaan spesifik agar hasil yang diberikan sesuai dengan preferensi pribadi mereka.

Pada tahap awal, fitur ini tengah diuji untuk kategori produk seperti fesyen, kecantikan, elektronik, dan perlengkapan rumah. Pembaruan ini tersedia melalui model GPT-4o dan dapat diakses oleh semua pengguna, baik yang menggunakan versi Pro, Plus, Free, maupun tanpa akun. Menurut laporan dari Tech Crunch, ChatGPT kini menangani lebih dari satu miliar pencarian web hanya dalam kurun waktu satu minggu terakhir—menunjukkan peningkatan pesat dalam penggunaan fitur pencariannya.

OpenAI menegaskan bahwa hasil pencarian produk ditampilkan secara independen dan tidak mengandung iklan. Semua informasi bersumber dari metadata terstruktur pihak ketiga seperti harga, ulasan, dan deskripsi produk, tanpa adanya komisi atau imbalan dari transaksi yang terjadi. Ke depannya, ChatGPT akan menggabungkan fitur ini dengan sistem memori digital untuk pengguna Pro dan Plus, agar dapat memberikan saran produk yang lebih personal berdasarkan interaksi sebelumnya. Sayangnya, fitur ini belum tersedia di kawasan seperti Uni Eropa, Inggris, Norwegia, dan beberapa negara Eropa lainnya.

Sebagai tambahan, fitur ChatGPT Search kini juga menampilkan tren pencarian secara otomatis ketika pengguna mulai mengetik, serupa dengan sistem pelengkapan otomatis milik Google. Sebelumnya, OpenAI telah menguji sistem belanja melalui agen AI bernama Operator, namun versi terbaru melalui ChatGPT memberikan respons lebih cepat dan pengalaman lebih nyaman.

Menkomdigi Ajak Orang Tua Tunda Akses Media Sosial untuk Anak

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengimbau kepada orang tua untuk mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas). Peraturan ini bertujuan untuk melindungi anak-anak di dunia digital, terutama terkait dengan pemberian akses ke media sosial. Meutya menyarankan orang tua agar menunda pemberian akses media sosial pada anak-anak mereka yang masih di bawah umur, dan fokus memberikan literasi digital terlebih dahulu.

Dalam acara diskusi yang berjudul “Like, Share, Protect Anak Kita di Dunia Digital”, Meutya mengungkapkan bahwa anak-anak yang telah mempersiapkan diri secara mental dan memiliki pemahaman yang baik tentang literasi digital, akan lebih mampu untuk menggunakan platform digital dengan lebih bijak. Menurutnya, penting bagi orang tua untuk mengevaluasi tingkat risiko dan kesiapan anak sebelum memberikan akses ke media sosial.

Peraturan Pemerintah (PP) Tunas ini resmi diterapkan pada 28 Maret 2025 dan mengajak orang tua untuk secara bijak membatasi akses anak-anak mereka ke dunia digital sesuai dengan perkembangan mereka. Meutya menambahkan bahwa berbagai penelitian menunjukkan penggunaan media sosial memerlukan kesiapan mental yang matang, mengingat anak-anak sangat rentan terhadap konten berbahaya dan pelecehan di dunia maya.

Sumayati, salah satu peserta diskusi, menyatakan dukungannya terhadap gagasan Menkomdigi dan berharap agar kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan bisa mempercepat program literasi digital di sekolah-sekolah. Menurutnya, para guru perlu pelatihan lebih lanjut untuk dapat mengawasi penggunaan media sosial oleh siswa mereka.

Menyusun Peta Jalan AI: Langkah Strategis Pemerintah dalam Regulasi Teknologi

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dinilai perlu merancang peta jalan kecerdasan buatan (AI) yang komprehensif serta menilai kesiapan masyarakat sebelum menetapkan regulasi. Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda, menekankan bahwa dukungan kebijakan dari pemerintah dapat mempercepat integrasi AI dalam sektor ekonomi digital. Menurutnya, peta jalan AI yang jelas akan membantu memastikan Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mengoptimalkan teknologi ini.

Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap AI, diperlukan aturan yang tidak hanya mendukung perkembangan teknologi, tetapi juga melindungi kepentingan bersama. Huda menegaskan pentingnya regulasi yang menjamin keamanan data serta perlindungan hak cipta bagi para kreator. Hal ini bertujuan agar penggunaan AI dapat menciptakan nilai ekonomi tanpa mengorbankan hak pemilik aslinya.

Sementara itu, Pengamat Telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Joseph Matheus Edward, menyoroti perlunya regulasi yang mengatur etika penggunaan AI. Aturan ini harus mencakup peran pengembang, pengguna, serta pihak terkait lainnya guna memastikan teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab. Salah satu aspek penting yang harus diatur adalah mekanisme penyelesaian sengketa jika terjadi pelanggaran dalam pemanfaatan AI.

Ian mengusulkan lima poin utama dalam regulasi AI, yakni asas manfaat, kepastian hukum, ketertiban umum, tanggung jawab penyedia layanan AI, serta batasan penggunaan dan sanksi bagi pelanggar. Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, menyatakan bahwa regulasi AI saat ini masih dalam tahap pembahasan dan diharapkan rampung dalam tiga bulan ke depan. Regulasi ini akan memperkuat Surat Edaran (SE) yang sebelumnya telah diterbitkan, sehingga memiliki kekuatan hukum yang lebih mengikat.

Indosat Optimalkan AI untuk Efisiensi Jaringan dan Hemat Triliunan Rupiah

PT Indosat Tbk (ISAT) semakin mengandalkan kecerdasan buatan (AI) dalam pengelolaan jaringan telekomunikasi mereka. Dengan penerapan AI, perusahaan berhasil mengoptimalkan pembangunan jaringan secara lebih tepat guna sekaligus menghemat biaya hingga Rp3 triliun–Rp4 triliun.

Vikram Sinha, selaku President Director & CEO Indosat Ooredoo Hutchison, mengungkapkan bahwa sejak Agustus 2024, perusahaan telah mengimplementasikan AI dalam sistem baru yang terintegrasi ke seluruh organisasi, termasuk dalam strategi penggelaran jaringan. Langkah ini berdampak signifikan pada efisiensi belanja modal (capex), di mana dari total anggaran Rp13 triliun, Indosat hanya menggunakan sekitar Rp9 triliun–Rp10 triliun.

Pada tahun 2024, ISAT mengalokasikan Rp9,93 triliun untuk pengembangan jaringan seluler dan teknologi digital berbasis AI. Sebagian besar, yakni 82,7% dari anggaran tersebut, difokuskan untuk sektor jaringan seluler, sementara sisanya digunakan untuk pengembangan layanan multimedia, komunikasi data, internet (MIDI), dan teknologi informasi. Indosat juga mengoperasikan Digital Intelligence Operations Center (DIOC) yang menggabungkan fungsi Network Operations Center (NOC) dan Service Operations Center (SOC). Dengan teknologi AI, DIOC mampu meningkatkan efisiensi operasional serta mempercepat respons terhadap permasalahan pelanggan.

Selain itu, ISAT menerapkan hiper-personalisasi berbasis AI untuk memahami kebiasaan pengguna dan memprediksi kebutuhan mereka. Perusahaan juga mengembangkan AI Factory yang dikelola oleh anak usahanya, Lintasarta. Namun, meskipun Indosat menunjukkan perkembangan teknologi yang pesat, harga saham ISAT mengalami penurunan. Pada perdagangan Selasa (11/3), harga saham ISAT turun 1,62% dari Rp1.560 menjadi Rp1.515 per lembar. Dalam sebulan terakhir, saham ISAT telah merosot 6,77%, dan dalam enam bulan terakhir, penurunannya mencapai 44,02%.

Membongkar “Data Wall”: Tantangan di Balik Demokratisasi AI

Dalam perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat, muncul tantangan besar yang dikenal sebagai “data wall”—penghalang akses terhadap data berkualitas yang hanya dikuasai oleh segelintir pihak. Fenomena ini semakin relevan seiring dengan tren distilasi AI yang bertujuan menciptakan model lebih efisien, tetapi tetap membutuhkan data berkualitas tinggi yang dikuasai oleh raksasa teknologi seperti Google, Meta, dan Microsoft. Konsentrasi kepemilikan data ini menciptakan ketimpangan yang menghambat inovasi bagi pengembang independen, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu, pembatasan lisensi data oleh platform digital semakin memperkuat eksklusivitas akses, membentuk dinding hukum yang menghambat penelitian AI terbuka.

Indonesia menghadapi tantangan tambahan dalam bentuk infrastruktur data yang masih tertinggal, mengakibatkan keterbatasan dalam pengumpulan dan pengolahan data berkualitas tinggi. Ketimpangan ini semakin diperparah oleh dominasi model AI yang dilatih dengan data berbahasa Inggris, menyebabkan performa yang lemah dalam memahami bahasa Indonesia dan bahasa daerah lainnya. Jika tidak diatasi, situasi ini dapat memperkuat ketergantungan pada teknologi asing dan menciptakan bentuk baru kolonialisme digital, di mana Indonesia hanya menjadi penyedia data tanpa menikmati manfaat ekonomi yang setimpal.

Menghadapi tantangan ini, Indonesia perlu mengembangkan kebijakan data nasional yang mendorong keterbukaan data untuk penelitian AI, membangun infrastruktur data yang lebih baik, serta memperkuat regulasi agar manfaat ekonomi dari data digital tidak hanya dinikmati oleh perusahaan asing. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan komunitas diperlukan untuk menciptakan ekosistem AI yang inklusif. Langkah ini penting agar Indonesia tidak sekadar menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pemain aktif dalam revolusi AI global.

OpenAI Luncurkan Operator, Agen AI Canggih yang Mampu Menyelesaikan Tugas Secara Otomatis

OpenAI resmi merilis Operator, agen kecerdasan buatan (AI) inovatif yang dirancang untuk membantu pengguna menyelesaikan berbagai tugas secara otomatis berdasarkan instruksi yang diberikan. Layanan ini kini tersedia untuk pelanggan ChatGPT Pro di berbagai negara.

Dilansir dari TechCrunch pada Sabtu, Operator kini dapat diakses di negara-negara seperti Australia, Brasil, Kanada, India, Jepang, Singapura, Korea Selatan, Inggris, dan beberapa wilayah lainnya. OpenAI juga berencana memperluas ketersediaannya ke hampir semua negara yang mendukung ChatGPT, kecuali Uni Eropa, Swiss, Norwegia, Liechtenstein, dan Islandia.

Pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat pada Januari lalu, Operator menawarkan berbagai kemampuan canggih, termasuk pemesanan tiket, reservasi restoran, hingga berbelanja di platform e-commerce. Saat ini, fitur ini hanya tersedia bagi pelanggan ChatGPT Pro dengan biaya langganan 200 dolar AS (sekitar Rp3,2 juta) per bulan.

Operator beroperasi melalui jendela peramban terpisah yang dapat dikontrol pengguna kapan saja. Teknologi ini didukung oleh model Computer-Using Agent (CUA), yang menggabungkan kecerdasan model GPT-4o dengan sistem penalaran tingkat lanjut OpenAI. Dengan demikian, Operator mampu menavigasi menu, menekan tombol, hingga mengisi formulir di situs web layaknya manusia.

Dalam pengembangannya, OpenAI bekerja sama dengan berbagai perusahaan besar seperti DoorDash, eBay, Instacart, Priceline, StubHub, dan Uber untuk memastikan bahwa layanan ini mematuhi kebijakan masing-masing platform.

Meski dapat menjalankan banyak tugas secara bersamaan, Operator tetap memiliki batas penggunaan harian yang diperbarui secara otomatis. Selain itu, untuk alasan keamanan, AI ini tidak dapat melakukan tugas tertentu seperti mengirim email atau menghapus acara dari kalender pengguna.

Operator juga dapat mengalami kendala saat menghadapi antarmuka yang terlalu rumit, seperti formulir dengan CAPTCHA atau kolom kata sandi. Jika menemui hambatan tersebut, Operator akan meminta pengguna untuk mengambil alih secara manual.

Ke depan, OpenAI berencana memperluas akses Operator ke lebih banyak pelanggan ChatGPT, menghadirkan pengalaman AI yang lebih canggih dan intuitif dalam mendukung produktivitas sehari-hari.

Meningkatkan Kesejahteraan Digital: Menyelaraskan Kebiasaan dan Teknologi untuk Kesehatan Mental dan Fisik

Perkembangan teknologi digital telah mengubah kebiasaan masyarakat secara signifikan, dari transaksi hingga akses informasi tanpa batas ruang dan waktu. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2023, sebanyak 215 juta warga Indonesia menggunakan internet. Dampaknya, baik positif maupun negatif, mulai terasa dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kebiasaan digital masyarakat.

Pusat Studi Digital Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) membahas pentingnya keseimbangan mental dalam tajuk Difussion #106 bertema “Kesejahteraan Digital: Langkah Praktis Mengelola Keseimbangan Mental”. Rizka Herdiani, peneliti CfDS, menjelaskan bahwa teknologi digital memengaruhi cara masyarakat memahami dan menjalani kehidupan yang baik dalam era serba digital. Ia menyoroti peningkatan paparan digital sejak pandemi yang telah membentuk pola kebiasaan baru, termasuk gejala seperti FOMO (Fear of Missing Out), yang sering dialami anak muda.

FOMO dapat menyebabkan kecemasan berlebih, seperti ketakutan ketinggalan informasi dan ketergantungan pada perangkat digital. Hal ini menjadi alasan utama mengapa pemahaman tentang kesejahteraan digital sangat penting. Sayangnya, upaya menciptakan kebiasaan digital yang sehat masih bergantung pada perilaku pengguna, karena fitur aplikasi belum sepenuhnya mendukung pengaturan yang efektif untuk memfilter konten yang tidak diinginkan.

Kesejahteraan digital juga berkaitan erat dengan bagaimana layanan digital dapat mendukung pola hidup sehat masyarakat. Dosen UGM, Anis Fuad, mengungkapkan bahwa digitalisasi berperan besar dalam meningkatkan akses layanan kesehatan. Contohnya, aplikasi digital mempermudah pendaftaran rumah sakit dan memberikan alat untuk memantau kesehatan, seperti penghitung langkah, detak jantung, dan pengingat tidur. Salah satu inovasi dari BPJS Kesehatan adalah aplikasi Electronic Health Record (EHR), yang memungkinkan masyarakat memantau rekam medis, data screening kesehatan, dan risiko penyakit secara mandiri.

Kesejahteraan digital tidak hanya mendukung pola hidup sehat, tetapi juga berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya poin ketiga tentang kehidupan sehat dan sejahtera. Dengan teknologi yang semakin maju, masyarakat didorong untuk lebih peduli terhadap kesehatan fisik dan mental melalui pemanfaatan teknologi secara bijak dan terarah.

Supriyadi Terima Penghargaan Inovasi Layanan Keagamaan di Humas Award 2024, Soroti Peran Teknologi Virtual Reality 360!

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Supriyadi, mengungkapkan rasa syukurnya atas penghargaan yang diterima dari Kementerian Agama pada ajang Humas Award 2024. Penghargaan ini menjadi motivasi dan penyemangat bagi Ditjen Bimas Buddha dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Supriyadi menerima penghargaan dalam kategori Inovasi Konten Digital Layanan Keagamaan, yang diserahkan langsung oleh Wakil Menteri Agama, Romo Muhammad Syafi’i, di Auditorium Kementerian Agama, Jakarta, pada Senin (30/12/2024). Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi terhadap upaya Ditjen Bimas Buddha dalam mengembangkan layanan keagamaan, salah satunya melalui teknologi Virtual Reality 360 yang mengangkat Candi Borobudur sebagai wisata religi umat Buddha, baik di Indonesia maupun dunia.

Inovasi layanan ini, menurut Supriyadi, merupakan langkah Ditjen Bimas Buddha untuk memberikan pelayanan keagamaan yang lebih maksimal kepada umat Buddha, terutama dengan mengoptimalkan potensi Candi Borobudur. Pemerintah telah menetapkan candi tersebut sebagai ikon wisata religi umat Buddha.

Humas Award 2024 mengakui kinerja Humas dan Media dengan berbagai kategori yang diberikan kepada Unit Eselon I, Kantor Wilayah Kementerian Agama, Perguruan Tinggi Keagamaan, serta media dan jurnalis yang berperan dalam menyampaikan informasi.

Wakil Menteri Agama, Romo Muhammad Syafi’i, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran humas di era digital, yang tidak hanya berfungsi sebagai penyebar informasi, tetapi juga sebagai penghubung antara Kementerian Agama dan masyarakat. Beliau juga mengapresiasi upaya humas yang sukses memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan informasi secara efektif.

Mengakhiri acara, Wamenag berpesan kepada penerima penghargaan untuk terus meningkatkan semangat dan dedikasi dalam berkarya. “Prestasi ini harus menjadi motivasi untuk terus berinovasi, karena masih banyak tugas dan tantangan yang menanti,” ujarnya.