Tren baru yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif, seperti ChatGPT dan Copilot, untuk mengubah foto pribadi menjadi boneka digital tengah viral di kalangan pengguna media sosial. Banyak selebritas dan tokoh terkenal mencoba tren ini untuk menciptakan versi miniatur mereka. Namun, meski terlihat menyenangkan, beberapa pihak mengingatkan tentang potensi dampak buruk yang dapat timbul. Mereka mengkhawatirkan penggunaan AI yang sering kali didorong oleh rasa takut ketinggalan tren atau FOMO, tanpa mempertimbangkan dengan seksama kekhawatiran terkait etika penggunaan teknologi ini.
Salah satu aspek yang membuat tren ini menarik adalah kemampuan AI untuk mempersonalisasi gambar dengan detail tinggi, termasuk aksesori dan jenis kemasan tertentu, bahkan menyertakan pilihan pakaian. Namun, tidak jarang hasilnya mengecewakan, dengan beberapa gambar boneka tampak sangat berbeda dengan aslinya. Terlebih lagi, teknologi AI generatif ini memiliki kecenderungan untuk mengada-ada, menciptakan gambaran yang mungkin jauh dari harapan penggunanya.
Jasmine Enberg, seorang analis media sosial, menjelaskan bahwa meskipun AI mempercepat pembuatan konten digital, efek sampingnya adalah mempercepat peningkatan pengguna media sosial lainnya. Namun, teknologi ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait konsumsi energi yang besar, dengan pusat data yang mengelola gambar-gambar tersebut menghabiskan lebih banyak listrik daripada yang digunakan oleh 117 negara. Profesor Gina Neff menyoroti masalah privasi dan dampak terhadap lingkungan, mengatakan bahwa tren seperti ini bisa menjadi ancaman terhadap budaya, privasi, dan planet kita.
Meskipun menyenangkan untuk diikuti, Jo Bromilow, seorang direktur di agensi kreatif MSL UK, mempertanyakan apakah hasil yang lucu dan menggemaskan benar-benar sepadan dengan dampaknya. Dalam menjalani tren ini, penting untuk mempertimbangkan cara penggunaan teknologi dengan bijak dan penuh tanggung jawab.