https://mezzojane.com

Google AI Overviews Capai 1,5 Miliar Pengguna, Menandakan Kesuksesan Tinjauan Kecerdasan Artifisial

Google mengumumkan bahwa layanan tinjauan kecerdasan artifisial (AI) miliknya, Google AI Overviews, telah berhasil menarik 1,5 miliar pengguna setiap bulannya per kuartal pertama (Q1) 2025. Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh CEO Google, Sundar Pichai, yang memaparkan berbagai pencapaian layanan perusahaan selama periode ini. Google AI Overviews pertama kali diluncurkan pada Mei 2024 dan berkembang secara bertahap, meskipun sempat menimbulkan respons campuran dari pengguna terkait beberapa saran yang kurang relevan yang muncul setelah peluncurannya.

Namun, Google terus berinovasi dengan pembaruan-pembaruan pada fitur ini, menjadikannya lebih canggih dan relevan dengan menampilkan tinjauan AI untuk berbagai jenis kueri. Dalam upayanya untuk bersaing dengan platform AI serupa, seperti ChatGPT Search dan Perplexity, Google bahkan menambahkan iklan pada layanan tersebut. Meski begitu, respon pasar terhadap Google AI Overviews tetap positif, tercermin dari tingginya jumlah pengguna yang mengaksesnya setiap bulan.

Selain itu, Google terus memperkenalkan berbagai inovasi AI lainnya, seperti model eksperimental Gemini 2.5 Pro. Perusahaan juga meluncurkan fitur-fitur canggih seperti kemampuan untuk membuat podcast AI menggunakan Deep Research Gemini, serta fitur Google Maps yang didukung Gemini untuk membantu pengguna merencanakan perjalanan. Pada sisi perangkat keras, Google mengungkapkan Pixel 9A meskipun ponsel tersebut baru diluncurkan pada April 2025.

Di tengah pencapaian tersebut, Google juga menghadapi tantangan besar, terutama terkait dengan kasus antimonopoli yang sedang berlangsung. Proses persidangan yang digelar oleh Departemen Kehakiman AS berpotensi membawa dampak besar bagi perusahaan, meskipun saat ini masih dalam tahap persidangan.

Remaja Mulai Cemas dengan Dampak Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental dan Produktivitas

Sebuah laporan terbaru dari Pew Research Center mengungkapkan bahwa remaja mulai merasa cemas terhadap dampak media sosial. Survei yang melibatkan 1.391 remaja di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir 48% remaja percaya media sosial memberikan pengaruh negatif terhadap kelompok usia mereka. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan dibandingkan dengan hasil survei pada 2022, di mana hanya sepertiga yang menganggap hal yang sama. Hanya 11% remaja yang percaya bahwa media sosial memiliki pengaruh positif terhadap orang seusia mereka, turun jauh dari 24% pada tahun sebelumnya.

Selain pengaruh negatif terhadap kesehatan mental, banyak remaja yang menyadari dampak media sosial terhadap waktu tidur dan produktivitas mereka. Sekitar 45% remaja melaporkan bahwa media sosial memengaruhi waktu tidur mereka, sementara 40% mengakui bahwa media sosial mengganggu produktivitas mereka. Yang lebih mengejutkan, sekitar 45% remaja mengaku telah mengurangi penggunaan media sosial dan smartphone mereka, menunjukkan kesadaran yang lebih besar akan dampak buruk penggunaan berlebihan.

Meskipun banyak remaja yang menyadari dampak negatif media sosial, hanya 14% yang mengakui bahwa media sosial merugikan mereka secara pribadi. Namun, survei ini menunjukkan perubahan besar dalam sikap remaja terhadap media sosial, dengan banyak dari mereka sekarang merasa media sosial telah menghabiskan banyak waktu mereka secara tidak sehat. Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran ini, para ahli dan anggota parlemen mendesak perusahaan media sosial untuk lebih bertanggung jawab dalam mengelola pengaruh platform mereka terhadap pengguna muda.

Meta Luncurkan Edits, Aplikasi Editing Video Tandingan CapCut Tanpa Watermark

Meta resmi merilis aplikasi pengeditan video bernama Edits, yang digadang-gadang menjadi pesaing kuat CapCut milik ByteDance. Aplikasi ini hadir dengan berbagai fitur menarik seperti pencatatan ide video, inspirasi konten, serta kemampuan pengeditan berbasis kecerdasan buatan (AI). Tersedia secara gratis untuk perangkat iOS dan Android, Edits memberikan kemudahan bagi para kreator dalam membuat konten video pendek yang kreatif dan inovatif. Meski gratis saat peluncuran, Kepala Instagram Adam Mosseri mengindikasikan bahwa nantinya beberapa fitur premium kemungkinan akan dikenakan biaya.

Peluncuran Edits dilakukan setelah CapCut dikeluarkan dari toko aplikasi di AS akibat larangan terhadap TikTok, yang juga dimiliki oleh ByteDance. Meta pun memanfaatkan momentum ini untuk mendorong para kreator menggunakan Edits sebagai alternatif pengeditan video. Berbeda dari CapCut, Edits mengizinkan pengguna mengekspor video tanpa watermark secara gratis, keunggulan yang selama ini hanya tersedia di versi berbayar CapCut Pro.

Edits tidak dibatasi untuk penggunaan di Facebook atau Instagram saja, namun bisa digunakan untuk platform apa pun. Fitur-fitur yang ditawarkan meliputi Ideas, Projects, Inspirations, Green Screen, Timeline, Music, Animate, dan Cutouts. Semua ini dirancang untuk mempermudah pengelolaan konten video. Setelah mengedit, pengguna dapat langsung membagikan video ke media sosial atau menyimpannya untuk diunggah ke platform lain. Meta juga berencana menambahkan lebih banyak fitur, termasuk alat AI visual, kolaborasi antar kreator, dan berbagai opsi kreatif lainnya di masa mendatang.

Google Mempercepat Transformasi Digital di Indonesia dengan AI

Inovasi kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh Google semakin mempercepat transformasi digital di Indonesia. Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh perusahaan, Google menyoroti sejumlah teknologi baru yang dirancang untuk merubah cara orang Indonesia mencari informasi, menikmati hiburan, dan terhubung dengan merek serta produk secara lebih personal. Google Search dan YouTube kini berada di garis depan dalam mengintegrasikan AI ke dalam pengalaman digital masyarakat, memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan lebih efisien.

Dan Taylor, Vice President Global Ads di Google, mengungkapkan bahwa teknologi AI sudah menjadi bagian fundamental dari pendekatan Google lebih dari sepuluh tahun. Dengan AI generatif, Google kini tidak hanya membantu bisnis dalam menjangkau audiens yang tepat pada waktu yang tepat, tetapi juga mendukung pengguna untuk berkreasi lebih luas. Di Indonesia, kebiasaan konsumen telah mengalami perubahan besar. Mereka kini dapat mencari produk hanya dengan memotret objek atau menggunakan fitur Circle to Search yang memungkinkan pencarian melalui layar ponsel.

YouTube juga menunjukkan perkembangan luar biasa di Indonesia, dengan rata-rata pengguna yang menonton lebih dari 4 jam per hari melalui TV. Pengguna aktif di YouTube Shorts juga meningkat pesat, menunjukkan bahwa konsumen semakin terbiasa dengan format video pendek. Selain itu, Google Search semakin efisien dengan adanya AI Overviews, yang memungkinkan pengguna mendapatkan ringkasan otomatis untuk mempermudah pengambilan keputusan.

Di sisi lain, Google Lens yang digunakan untuk pencarian visual juga mengalami pertumbuhan signifikan. Sekitar 1 dari 4 kueri yang dilakukan dengan Lens terkait dengan pembelian produk atau pencarian layanan. Ini menunjukkan bahwa pencarian visual kini menjadi tren masa depan, mengubah cara orang berinteraksi dengan informasi secara lebih langsung dan spontan.

Dede Yusuf Dorong Penggunaan AI oleh Institusi Negara untuk Pelayanan Publik

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Dede Yusuf, mengusulkan agar Lembaga Administrasi Negara (LAN), Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), dan Ombudsman RI (ORI) mulai memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat. Dalam rapat dengar pendapat (RDP) yang diadakan pada Rabu, Dede menyampaikan bahwa era digital telah datang dan tidak bisa lagi hanya mengandalkan pertemuan tatap muka dalam memberikan pelayanan. Ia menekankan bahwa teknologi AI akan menjadi alat yang sangat penting di masa depan, dan lembaga-lembaga tersebut perlu segera mengadopsinya.

Dede memberikan contoh kepada LAN agar menggunakan AI untuk menyediakan layanan pelatihan bagi aparatur sipil negara (ASN). Dengan menggunakan AI, proses pelatihan bisa dilakukan secara lebih efisien, mengurangi biaya perjalanan, serta memungkinkan pelatihan dilakukan di berbagai daerah dengan menggunakan bahasa lokal seperti Bahasa Indonesia, Jawa, atau Sunda.

Untuk ANRI, Dede menyarankan penggunaan AI dalam proses restorasi arsip bersejarah agar lebih hemat biaya. Menurutnya, teknologi ini bisa fokus pada pengembangan kearsipan yang berbasis AI dalam dua tahun mendatang. Sementara itu, kepada Ombudsman RI, Dede mengusulkan agar AI digunakan dalam aplikasi laporan pengaduan masyarakat terkait pelayanan publik yang tidak sesuai aturan. Dengan AI, laporan yang masuk dapat diproses lebih cepat, bahkan secara otomatis mendeteksi detail lokasi kejadian.

Usulan-usulan tersebut akhirnya dimasukkan dalam kesimpulan rapat sebagai langkah-langkah strategis untuk mengoptimalkan pelayanan publik di masa depan. Komisi II DPR RI mendorong penggunaan teknologi berbasis AI di lembaga-lembaga tersebut untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pelayanan publik.

OpenAI Tertarik Akuisisi Chrome dari Google Jika Dijual

Perusahaan teknologi OpenAI menyatakan ketertarikannya untuk membeli aplikasi mesin pencarian milik Google, Chrome, jika perusahaan tersebut memutuskan untuk menjualnya. Kabar ini pertama kali dilaporkan oleh Reuters dan kemudian disusul oleh The Verge pada Rabu, yang menyebutkan pernyataan ini datang dari salah satu eksekutif ChatGPT dalam sidang kasus hukum terkait monopoli Google.

Pada tahun lalu, Departemen Kehakiman AS mengusulkan agar Google melepaskan Chrome sebagai solusi atas putusan mengenai monopoli layanan pencarian daring yang dihadapi Google, yang diputuskan oleh Hakim Amit Mehta. Proses hukum terhadap Google kini sudah dimulai, dengan persidangan pertama berlangsung pada Senin (21/4), sementara Google berencana mengajukan banding terhadap kasus ini.

Nick Turley, eksekutif dari OpenAI, turut bersaksi bahwa perusahaan telah menghubungi Google tahun lalu untuk membahas potensi kemitraan yang memungkinkan ChatGPT menggunakan teknologi pencarian Google. Namun, negosiasi ini tidak membuahkan hasil, dan saat ini OpenAI hanya mengandalkan pencarian dari Bing, meskipun kualitasnya masih jauh dari yang diharapkan. Dalam sebuah surel yang dibacakan dalam persidangan, OpenAI menekankan bahwa penggunaan API Google dapat menghasilkan produk yang lebih baik bagi penggunanya.

Google sendiri memilih untuk tidak bermitra dengan OpenAI. Turley menambahkan bahwa saat ini OpenAI sedang mengembangkan indeks pencarian sendiri, meskipun perusahaan semula berharap dapat menggunakan teknologi pencarian untuk 80 persen dari hasil pencarian ChatGPT pada tahun 2025. Namun, kini OpenAI meyakini bahwa pencapaian tersebut akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.

Menkomdigi Ajak Orang Tua Tunda Akses Media Sosial untuk Anak

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengimbau kepada orang tua untuk mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas). Peraturan ini bertujuan untuk melindungi anak-anak di dunia digital, terutama terkait dengan pemberian akses ke media sosial. Meutya menyarankan orang tua agar menunda pemberian akses media sosial pada anak-anak mereka yang masih di bawah umur, dan fokus memberikan literasi digital terlebih dahulu.

Dalam acara diskusi yang berjudul “Like, Share, Protect Anak Kita di Dunia Digital”, Meutya mengungkapkan bahwa anak-anak yang telah mempersiapkan diri secara mental dan memiliki pemahaman yang baik tentang literasi digital, akan lebih mampu untuk menggunakan platform digital dengan lebih bijak. Menurutnya, penting bagi orang tua untuk mengevaluasi tingkat risiko dan kesiapan anak sebelum memberikan akses ke media sosial.

Peraturan Pemerintah (PP) Tunas ini resmi diterapkan pada 28 Maret 2025 dan mengajak orang tua untuk secara bijak membatasi akses anak-anak mereka ke dunia digital sesuai dengan perkembangan mereka. Meutya menambahkan bahwa berbagai penelitian menunjukkan penggunaan media sosial memerlukan kesiapan mental yang matang, mengingat anak-anak sangat rentan terhadap konten berbahaya dan pelecehan di dunia maya.

Sumayati, salah satu peserta diskusi, menyatakan dukungannya terhadap gagasan Menkomdigi dan berharap agar kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan bisa mempercepat program literasi digital di sekolah-sekolah. Menurutnya, para guru perlu pelatihan lebih lanjut untuk dapat mengawasi penggunaan media sosial oleh siswa mereka.

AI dalam Dunia Medis: Setara dengan Dokter Nonspesialis

Kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat dan kini menunjukkan kemampuannya dalam mendukung diagnosis penyakit, bahkan setara dengan dokter nonspesialis. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Osaka Metropolitan University, Jepang, mengungkapkan bahwa AI generatif mampu melakukan diagnosis penyakit dengan akurasi yang mirip dengan dokter nonspesialis. Studi ini, yang dipublikasikan pada 22 Maret 2025, melibatkan analisis 83 makalah penelitian yang diterbitkan antara Juni 2018 dan Juni 2024. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun dokter spesialis memiliki akurasi diagnosis yang lebih tinggi sebesar 15,8 persen, beberapa model AI bahkan lebih baik dibandingkan dokter nonspesialis.

Peneliti Hirotaka Takita menjelaskan bahwa meskipun hasil ini menunjukkan bahwa AI masih kalah dibandingkan dokter spesialis, teknologi ini bisa menjadi alat bantu yang sangat berguna, terutama di daerah dengan kekurangan sumber daya medis. AI dapat digunakan untuk mendukung dokter nonspesialis dalam proses pendidikan kedokteran dan diagnosis penyakit. Namun, Takita juga menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi kemampuan AI dalam kondisi klinis yang lebih kompleks.

Dalam studi sebelumnya yang dilakukan oleh University of Virginia Health System, AS, peneliti menemukan bahwa AI seperti ChatGPT Plus tidak signifikan meningkatkan akurasi diagnosis jika dibandingkan dengan tenaga medis umum. Walaupun akurasi sedikit lebih tinggi, penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi AI dalam praktik medis memerlukan pelatihan khusus agar teknologi ini digunakan secara efektif.

BRIN Pacu Inovasi AI untuk Perkuat Pertahanan Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah menggencarkan pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) guna memperkuat sektor industri strategis pertahanan nasional. Dalam acara temu bisnis industri strategis pertahanan berbasis riset dan inovasi yang digelar di Kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Tangerang Selatan, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menekankan bahwa penerapan AI dapat meningkatkan efisiensi serta kinerja sistem pertahanan dengan biaya yang lebih terjangkau.

Handoko mencontohkan bahwa AI dapat diterapkan di berbagai sektor seperti sistem telekomunikasi, pemetaan, dan pengambilan gambar udara. Selain itu, BRIN juga tengah mengembangkan teknologi pemetaan dan pengawasan, serta pesawat tanpa awak atau drone dari berbagai ukuran. AI dinilai mampu memperkuat kemampuan sistem-sistem ini, terutama dalam pengolahan data dan respons otomatis yang dibutuhkan di medan operasi modern.

Tak hanya mengandalkan AI, BRIN juga mengembangkan teknologi material baru seperti komposit ringan yang diperuntukkan bagi drone. Material tersebut diharapkan mampu meningkatkan kapasitas angkut tanpa mengorbankan kekuatan dan struktur dari perangkat udara tersebut. Pengembangan ini menjadi bagian dari strategi BRIN untuk menyokong teknologi pertahanan yang tangguh dan adaptif terhadap tantangan zaman.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan, Marsekal Madya TNI (Purn) Donny Ermawan Taufanto, menyatakan dukungannya terhadap kolaborasi antara peneliti, pelaku industri, dan pengguna. Ia menegaskan bahwa AI dan elektronika merupakan dua sektor penting yang harus menjadi fokus riset, karena perkembangan global di bidang tersebut berlangsung sangat cepat. Menurutnya, sinergi antara riset dan industri adalah kunci agar Indonesia tidak tertinggal dalam kemajuan teknologi pertahanan modern.

Microforest: Solusi Inovatif Dekarbonisasi dari UGM untuk Lingkungan Lebih Hijau

Universitas Gadjah Mada (UGM) telah meluncurkan teknologi canggih bernama Microforest, yang berfokus pada upaya dekarbonisasi dan keberlanjutan lingkungan. Teknologi ini memanfaatkan mikroalga, yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap karbon dioksida (CO2) dan menghasilkan oksigen (O2), menjadikannya alat yang sangat efektif untuk mengurangi emisi karbon. Dengan potensi untuk mengurangi polusi di daerah dengan tingkat emisi tinggi, Microforest juga mendukung berbagai negara dan perusahaan dalam mencapai target Net Zero Carbon.

Keunggulan dari Microforest adalah efisiensinya dalam penggunaan ruang. Tidak membutuhkan lahan luas, teknologi ini sangat ideal untuk diterapkan di kota-kota besar yang memiliki keterbatasan ruang hijau. Selain itu, Microforest dilengkapi dengan layar indikator yang menunjukkan jumlah karbon yang telah diserap, menjadikannya sebagai alat edukasi yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya dekarbonisasi.

Menggunakan sistem Fotobioreaktor yang dimodifikasi, Microforest mengoptimalkan penyerapan karbon dengan memanfaatkan pencahayaan yang disesuaikan untuk meningkatkan proses fotosintesis mikroalga. Teknologi ini adalah pengembangan dari Algaetree, yang memiliki kapasitas media kultivasi 100 liter dan mampu menyerap hingga 37,6 kilogram CO2 per tahun, setara dengan empat pohon dewasa. Microforest telah diterapkan di beberapa lokasi, seperti Masjid Raya Syeikh Zayed Solo dan kantor PT Pertamina EP Cepu Regional 4.

UGM bekerja sama dengan PT Algatech Nusantara dan PT Enthalphy Environergy Consulting dalam pengembangan dan pemasaran teknologi ini, yang juga mendukung komitmen Indonesia untuk mencapai bebas karbon pada tahun 2060. Respons positif datang dari berbagai industri yang tengah berfokus pada implementasi dekarbonisasi untuk mendukung prinsip ESG (Environmental, Social, Governance).