Program studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FikesUmsida) sukses mencatatkan prestasi gemilang berkat inovasi luar biasa dari laboran Iid Putri Zulaida STrKeb. Inovasi yang diberi nama “Mannequin Acupressure Point with LED Indicator” berhasil terpilih dalam program bergengsi Karya Inovasi Laboran (Kilab) 2024 yang diselenggarakan oleh Direktorat Sumber Daya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Alat ini dirancang untuk mempermudah proses pembelajaran praktikum akupresur dalam kebidanan.
Proses terciptanya inovasi ini berawal dari diskusi mengenai program Kilab, yang mendorong laboran untuk mengembangkan karya-karya inovatif. Dukungan penuh dari Dekan Fikes, Evi Rinata MKeb, juga menjadi pendorong besar bagi Iid untuk menciptakan alat yang bermanfaat dalam dunia pendidikan kebidanan.
“Sebelumnya, alat peraga yang digunakan di laboratorium kami untuk mendeteksi titik akupresur hanya berupa mannequin manual dengan tanda titik yang sederhana. Ini menyebabkan mahasiswa kesulitan menghafal 51 titik akupresur utama di tubuh manusia,” ungkap Iid.
Dari tantangan tersebut, Iid menciptakan inovasi alat yang lebih modern dan efisien. Hasilnya, terciptalah Mannequin Acupressure Point dengan indikator LED yang memungkinkan pengguna untuk memvalidasi titik akupresur secara akurat hanya dengan sentuhan.
Alat ini menggunakan tenaga listrik sebagai sumber daya dan dilengkapi kabel yang terhubung ke mannequin. Ketika titik akupresur yang benar disentuh, lampu LED hijau menyala, sementara lampu merah menyala apabila titik yang salah disentuh. Mannequin berbentuk tangan manusia ini mampu mendeteksi dua titik akupresur utama, yaitu titik LI4 (di antara ibu jari dan jari telunjuk) dan titik PC6 (tiga jari di bawah pergelangan tangan).
“Dengan alat ini, mahasiswa dapat lebih mudah mengenali titik akupresur dengan presisi, meningkatkan efektivitas pembelajaran akupresur dalam kebidanan,” tambah Iid.
Sebagai seorang laboran yang berlatar belakang kebidanan, Iid menghadapi tantangan teknis, terutama pada pengembangan sistem elektronik alat. Namun, dengan bekerja sama dengan laboran dari program studi Teknik Elektro, Iid berhasil mengatasi masalah tersebut. “Saya merancang konsep alat ini, sementara rekan dari Teknik Elektro menangani sisi teknisnya,” jelas Iid.
Proses pengembangan alat ini memakan waktu sekitar lima bulan untuk desain dan dua bulan lagi untuk merancang modelnya. Tantangan lainnya adalah pemilihan bahan untuk mannequin. Awalnya, Iid mencoba menggunakan bahan lunak, namun sensor tidak dapat bekerja dengan baik pada bahan tersebut. Solusinya adalah menggunakan bahan mannequin yang biasa digunakan di salon kecantikan.
Iid juga menerima masukan penting setelah diseminasi pada November 2024, termasuk saran untuk meningkatkan sensitivitas sensor agar dapat mendeteksi tekanan yang lebih dalam, seperti yang terjadi dalam praktik akupresur. Rencana pengembangan selanjutnya adalah menambahkan fitur wireless agar alat lebih praktis digunakan serta melengkapi indikator LED dengan suara untuk membantu pengguna dengan disabilitas.
“Mannequin ini baru langkah pertama. Dengan dukungan lebih lanjut, saya yakin alat ini bisa menjadi lebih komprehensif dan bermanfaat dalam pembelajaran kebidanan,” harap Iid.
Inovasi Mannequin Acupressure Point with LED Indicator tidak hanya memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam belajar akupresur, tetapi juga menetapkan standar baru dalam pendidikan kebidanan. Alat ini berpotensi menjadi solusi efektif dalam pembelajaran berbasis teknologi di dunia kebidanan Indonesia.
Iid berharap inovasinya dapat terus berkembang dan digunakan oleh berbagai institusi pendidikan, memberikan manfaat nyata bagi mahasiswa dalam memahami akupresur. “Tujuan kami adalah mempermudah pembelajaran dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi mahasiswa kebidanan,” tutupnya.
Inovasi ini membuktikan pentingnya kolaborasi lintas disiplin dalam menciptakan solusi praktis untuk tantangan pendidikan. Dengan pengembangan lebih lanjut, Mannequin Acupressure Point memiliki potensi besar untuk menjadi alat peraga yang sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan kebidanan di Indonesia.