Tag Archives: Rantai Pasok

https://mezzojane.com

POCO Pantau Ketat Dampak Kebijakan Tarif AS: Tetap Komitmen Harga Terjangkau

POCO Indonesia menyatakan sikap atas kebijakan tarif timbal balik yang direncanakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kebijakan ini berpotensi menimbulkan dampak besar terhadap pasar elektronik secara global, termasuk industri ponsel pintar di Indonesia. Product PR Manager POCO Indonesia, Abee Hakiim, mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini masih memantau secara cermat situasi pasar. Ia menambahkan bahwa fluktuasi harga akibat gejolak kebijakan ini memang menjadi perhatian, namun tidak serta-merta menjadi alasan POCO untuk menaikkan harga produknya.

Abee menegaskan bahwa POCO tetap berkomitmen menghadirkan ponsel pintar dengan spesifikasi unggulan namun dengan harga yang tetap kompetitif. Menurutnya, masukan dari pengguna akan selalu menjadi dasar utama dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam hal penentuan harga. Meskipun pasar tengah dihadapkan pada ketidakpastian, perusahaan tetap berupaya menjaga keseimbangan antara kualitas dan keterjangkauan.

Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat tengah menyusun tarif impor baru yang ditujukan untuk produk semikonduktor. Sejumlah perangkat elektronik seperti laptop, chip memori, hingga ponsel pintar termasuk dalam cakupan produk yang akan terdampak. Meski tidak masuk dalam daftar tarif timbal balik, ponsel pintar kini dimasukkan ke dalam kategori khusus tarif semikonduktor. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menjelaskan bahwa kebijakan ini dirancang untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaku industri teknologi dan mendorong relokasi rantai pasok ke wilayah Amerika Serikat.

AI sebagai Kunci Penguatan Ekonomi, Tantangan dan Solusi di Indonesia

Kecerdasan buatan (AI) berpotensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan meningkatkan produktivitas di berbagai sektor. Sekretaris Jenderal Partnership Kolaborasi, Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (Korika), Sri Safitri, menekankan bahwa AI dapat mempercepat otomatisasi di industri manufaktur dan logistik, serta meningkatkan efisiensi dalam rantai pasok dan sektor pertanian. Selain itu, AI juga mendorong inovasi produk dan layanan serta membuka peluang penciptaan lapangan kerja baru.

Namun, penerapan AI di Indonesia masih menghadapi sejumlah kendala, salah satunya adalah keterbatasan sumber daya manusia yang memahami teknologi ini. Saat ini, hanya dua universitas di Indonesia yang menawarkan program studi khusus AI, menunjukkan masih minimnya dukungan dari institusi pendidikan formal. Infrastruktur digital juga menjadi tantangan, di mana kecepatan internet belum merata dan pusat data masih terpusat di kota-kota besar.

Selain itu, pendanaan riset dan pengembangan masih tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Regulasi terkait keamanan siber, perlindungan data publik, serta etika AI juga belum matang, sehingga perlu adanya kebijakan yang lebih komprehensif. Untuk mengatasi berbagai kendala ini, pemerintah diharapkan berkolaborasi dengan industri dalam riset dan inovasi AI, serta menyusun regulasi yang mendukung perkembangan teknologi ini. Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga menjadi prioritas, baik melalui program pelatihan di sekolah dan universitas maupun beasiswa untuk studi di bidang AI.

Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Insaf Albert Tarigan, mengakui bahwa regulasi memiliki peran krusial dalam mendukung perkembangan AI di Indonesia. Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, AI dapat menjadi pendorong utama dalam transformasi ekonomi digital di Tanah Air.