Tag Archives: Meta

https://mezzojane.com

Meta Siapkan Aplikasi Mandiri untuk Chatbot AI Guna Bersaing di Pasar Global

Meta dikabarkan tengah mempersiapkan peluncuran aplikasi mandiri bagi asisten kecerdasan buatan mereka, Meta AI. Sejak diperkenalkan pada 2023, Meta AI telah terintegrasi di berbagai platform media sosial milik Meta, seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Namun, perusahaan kini berencana menghadirkan versi aplikasi mandiri guna bersaing dengan layanan serupa seperti ChatGPT dan Gemini.

Berdasarkan laporan CNBC, seorang sumber yang mengetahui rencana ini mengungkapkan bahwa Meta AI dalam bentuk aplikasi mandiri diperkirakan akan dirilis pada kuartal kedua tahun ini. Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar CEO Meta, Mark Zuckerberg, untuk membawa perusahaannya menjadi pemimpin dalam pengembangan kecerdasan buatan.

Chatbot Meta AI pertama kali dirilis pada September 2023 sebagai asisten digital berbasis AI generatif yang dapat merespons berbagai permintaan pengguna, termasuk pembuatan gambar dan pencarian informasi. Pada April lalu, Meta semakin mendorong penggunaan teknologi ini dengan menggantikan fitur pencarian di Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Messenger dengan Meta AI.

Saat ini, Meta AI telah mencapai sekitar 700 juta pengguna aktif bulanan, meningkat dari 600 juta pada Desember lalu. Meski demikian, para analis menilai sulitnya membandingkan pengguna Meta AI dengan pesaingnya seperti ChatGPT karena belum tersedia sebagai aplikasi individu. Editor data Business of Apps, David Curry, menyebut bahwa situs web mandiri Meta AI hanya memperoleh kurang dari 10 juta tampilan per bulan, angka yang masih jauh tertinggal dibandingkan layanan AI utama lainnya.

Amazon Perkenalkan Alexa+ sebagai Asisten Virtual yang Lebih Cerdas

Amazon resmi meluncurkan versi terbaru dari asisten virtualnya, Alexa+, yang diklaim memiliki kecerdasan lebih tinggi dan kemampuan yang lebih baik dalam menangani berbagai tugas. Namun, dalam acara peluncuran yang berlangsung di New York pada Rabu, Amazon tidak memperkenalkan perangkat Echo baru untuk mendukung teknologi ini.

Panos Panay, Kepala Divisi Perangkat dan Layanan Amazon, mengisyaratkan bahwa perusahaan tengah mengembangkan berbagai perangkat berbasis kecerdasan buatan yang akan hadir di masa depan. Pernyataannya muncul di tengah persaingan ketat dalam industri teknologi, di mana perusahaan seperti Apple dan Microsoft terus memperbarui teknologi AI mereka. Apple baru saja meluncurkan fitur Apple Intelligence di lini iPhone 16, sementara Microsoft menjadikan Copilot sebagai fitur utama dalam sistem operasi Windows.

Amazon sendiri telah memiliki berbagai perangkat pintar, mulai dari speaker pintar Echo hingga kamera keamanan Ring dan router Eero. Kini, Alexa+ mulai diintegrasikan dengan beberapa perangkat tersebut, memungkinkan pengguna mendapatkan informasi dari rekaman kamera Ring saat mereka tidak berada di rumah.

Salah satu inovasi AI yang sedang berkembang adalah kacamata pintar, yang menggabungkan asisten virtual dengan pengenalan suara dan gambar. Meta telah berhasil dengan kacamata Ray-Ban yang mampu menerjemahkan bahasa dan memberikan informasi visual kepada penggunanya, dengan lebih dari dua juta unit terjual sejak peluncurannya pada 2023. Amazon sebelumnya telah merilis Echo Frames, kacamata pintar berbasis Alexa, namun tanpa kamera dan fitur AI yang lebih canggih, perangkat ini belum mampu bersaing di pasar.

Panay tidak memberikan detail spesifik mengenai perangkat AI baru yang sedang dikembangkan Amazon, tetapi menegaskan bahwa perusahaan sedang membangun ekosistem perangkat yang lebih terhubung. Dengan berkembangnya teknologi AI dan semakin banyak perusahaan yang mengadopsinya, inovasi yang akan datang dari Amazon patut dinantikan.

Meta Perketat Kebijakan, Karyawan yang Membocorkan Informasi Terancam PHK

Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, semakin menegaskan aturan internalnya terhadap karyawan yang mengungkapkan informasi perusahaan ke publik. Langkah ini diambil sebagai respons atas kebocoran data yang dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap kebijakan perusahaan. Menurut laporan The Verge yang dikutip dari NYPost dan TechCrunch pada Jumat, Meta telah memperingatkan karyawan sejak awal bergabung bahwa membocorkan informasi internal, apa pun tujuannya, melanggar kebijakan perusahaan.

Juru bicara Meta, Dave Arnold, menyatakan bahwa perusahaan secara rutin mengingatkan karyawan mengenai kebijakan ini. Sebagai tindakan tegas, Meta telah melakukan investigasi dan memberhentikan sekitar 20 karyawan yang diduga terlibat dalam penyebaran informasi rahasia. Keputusan ini diambil untuk menegaskan bahwa kritik internal terhadap penghentian program Keragaman, Kesetaraan, dan Inklusi (DEI) serta penggantian inisiatif pengecekan fakta dengan “Community Notes” tidak akan memengaruhi kebijakan perusahaan, melainkan justru merugikan karyawan yang terlibat.

Direktur Teknologi Meta, Andrew Bosworth, dalam pertemuan internal awal Februari, menyebut bahwa kebocoran informasi tidak memberikan tekanan kepada perusahaan untuk mengubah kebijakan. Sebaliknya, hal tersebut justru memperkuat keputusan yang telah dibuat oleh dewan direksi.

Sebelumnya, Meta juga telah memangkas 4.000 karyawan dengan alasan kinerja rendah. Namun, CEO Meta, Mark Zuckerberg, menegaskan bahwa perusahaan akan terus merekrut tenaga kerja baru untuk mengisi posisi yang kosong dan tetap berkomitmen dalam persaingan pengembangan teknologi kecerdasan buatan yang lebih canggih.

Meta Masuki Era Robotika: Fokus Kembangkan Robot Humanoid untuk Bantu Pekerjaan Rumah

Meta, perusahaan teknologi yang sebelumnya dikenal dengan produk media sosial dan perangkat kerasnya, kini berambisi untuk memimpin inovasi dalam dunia robotika. Perusahaan ini telah membentuk tim baru di bawah divisi Reality Labs yang fokus pada pengembangan robot humanoid, dengan tujuan untuk menciptakan robot serbaguna yang dapat membantu dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari. Langkah ini menunjukkan ambisi Meta untuk merambah lebih jauh ke sektor teknologi yang berkembang pesat ini.

Tim robotika ini dipimpin oleh March Whitten, seorang profesional berpengalaman yang sebelumnya menjabat sebagai CEO di startup mobil otonom Cruise, serta memiliki pengalaman di perusahaan teknologi besar seperti Amazon, Microsoft, dan Sonos. Pengalaman Whitten dalam berbagai perusahaan teknologi ini diharapkan dapat membawa Meta lebih dekat pada tujuannya untuk menciptakan robot dengan kemampuan canggih.

Tidak hanya perangkat keras yang akan dikembangkan, tetapi tim ini juga akan fokus pada pengembangan perangkat lunak robotika dan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan kinerja robot humanoid tersebut. Namun, rencana awal Meta bukanlah untuk merilis robot bermerek mereka sendiri. Sebaliknya, perusahaan ini lebih memilih untuk membangun fondasi perangkat keras yang dapat digunakan di pasar robotika global, serupa dengan pencapaian Google dengan sistem operasi Android di dunia ponsel pintar.

Selain itu, Meta dikabarkan juga sedang melakukan penjajakan kerja sama dengan perusahaan robotika lainnya, seperti Unitree Robotics dan Figure AI, untuk mempercepat pengembangan prototipe robot humanoid dan menjajaki potensi kolaborasi dalam menciptakan teknologi robotika yang lebih maju.

Pertarungan AI DeepSeek vs ChatGPT: Peluang Emas untuk Indonesia!

Kompetisi dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin memanas setelah peluncuran DeepSeek R1 pada November 2024. Aplikasi ini, yang debut pada 2023, berhasil menduduki posisi teratas di AppStore di AS, Inggris, dan Cina, menantang dominasi perusahaan besar seperti OpenAI, Google, dan Meta. DeepSeek R1 dibangun dengan biaya rendah dan hanya menggunakan 2.000 chip komputer generasi lama, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Meta yang menggunakan 16.000 chip.

Keberhasilan DeepSeek memengaruhi pasar saham AS, dengan harga saham perusahaan teknologi besar, seperti Nvidia, anjlok drastis. Sebagai respons terhadap hal ini, AS berencana membatasi ekspor chip ke perusahaan-perusahaan di Cina. Presiden AS, Donald Trump, dan calon Menteri Perdagangan, Howard Lutnick, menyarankan penetapan standar global untuk AI demi mempertahankan posisi dominasi AS di bidang ini.

Keberhasilan DeepSeek membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan ekosistem digital dan AI. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menekankan bahwa sukses dalam pengembangan teknologi tidak hanya bergantung pada modal besar, tetapi juga pada inovasi dan strategi yang tepat. Indonesia dapat memanfaatkan posisinya yang strategis untuk memilih teknologi yang memberikan dampak positif pada perekonomian nasional. Namun, untuk mencapainya, Indonesia perlu menyiapkan dukungan berupa SDM yang berkualitas, dana yang memadai, serta regulasi yang jelas untuk dapat berkompetisi dalam ekosistem AI global.

Indonesia diharapkan lebih serius dalam mempersiapkan proyek percontohan dan mengembangkan AI melalui kawasan ekonomi khusus (KEK) yang dapat menarik investasi dari sektor ini. Dukungan tersebut sangat penting untuk menjadikan Indonesia bagian dari ekosistem AI global, sebagaimana diungkapkan oleh para ekonom dan pejabat terkait.

Meta Tingkatkan Literasi Digital Pengguna Media Sosial Di Indonesia

Meta mengumumkan inisiatif baru untuk memperkuat literasi digital di kalangan pengguna media sosial di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap meningkatnya kekhawatiran akan penyebaran informasi yang salah dan dampak negatifnya terhadap masyarakat.

Inisiatif literasi digital ini merupakan bagian dari program “Asah Digital” yang bertujuan untuk membekali pengguna dengan keterampilan yang diperlukan untuk menavigasi dunia digital dengan aman dan bertanggung jawab. Program ini mencakup modul pembelajaran tentang cara berkomunikasi yang baik, berpikir kritis, dan menunjukkan empati dalam interaksi online. Dengan pendekatan ini, Meta berharap dapat menciptakan komunitas digital yang lebih bertanggung jawab dan teredukasi. Ini menunjukkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk mendukung pengguna dalam menghadapi tantangan di era informasi.

Sebagai bagian dari upaya ini, Meta juga meluncurkan kampanye #TetapAmanDiRanahOnline yang bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Perdagangan. Kampanye ini memberikan tips praktis untuk mengidentifikasi dan menghindari berbagai jenis penipuan online, seperti investasi bodong, phishing, dan penipuan e-commerce. Ini mencerminkan pentingnya edukasi masyarakat dalam melindungi diri mereka dari risiko di dunia maya.

Sebelumnya, Meta telah menjalankan program pemeriksa fakta yang bekerja sama dengan organisasi independen untuk mengurangi penyebaran misinformasi. Meskipun program ini dihentikan, Meta berkomitmen untuk tetap menjaga integritas informasi melalui pendekatan baru yang melibatkan catatan komunitas. Pendekatan ini memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dalam memeriksa kebenaran informasi yang beredar. Ini menunjukkan bahwa keterlibatan komunitas sangat penting dalam menjaga keakuratan informasi.

Dengan lebih dari 174 juta pengguna Facebook dan 90 juta pengguna Instagram di Indonesia, inisiatif literasi digital ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Pengguna akan lebih mampu memilah informasi yang mereka terima dan menghindari jebakan berita palsu. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatkan literasi digital adalah langkah penting dalam menciptakan ruang digital yang lebih aman bagi semua orang.

Dengan peluncuran inisiatif literasi digital ini, semua pihak kini diajak untuk menyaksikan bagaimana Meta berupaya menciptakan lingkungan media sosial yang lebih sehat dan aman. Keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada partisipasi aktif pengguna dalam belajar dan menerapkan keterampilan baru yang diperoleh. Ini menjadi momen penting bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan di dunia digital dan berkontribusi pada ekosistem informasi yang lebih baik.

Heboh Meta AI Di WhatsApp, Komdigi Bakal Siapkan Regulasi Baru Atur Teknologi Kecerdasan Buatan AI

Pada 21 Desember 2024, perbincangan hangat mengenai peluncuran teknologi kecerdasan buatan (AI) oleh Meta di platform WhatsApp kembali menjadi sorotan publik. Kehadiran fitur AI ini dinilai dapat mengubah cara pengguna berinteraksi di aplikasi pesan instan terbesar di dunia. Menanggapi perkembangan ini, Komite Digital Indonesia (Komdigi) mengungkapkan bahwa mereka tengah menyiapkan regulasi baru untuk mengatur penggunaan teknologi AI, termasuk di platform sosial media.

Meta, sebagai induk dari WhatsApp, baru-baru ini meluncurkan fitur AI yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan asisten virtual secara lebih canggih. Fitur ini memanfaatkan kecerdasan buatan untuk membantu pengguna menjawab pertanyaan, mengelola percakapan, serta menyarankan balasan yang lebih relevan dalam percakapan sehari-hari. Kehadiran teknologi AI ini menimbulkan kehebohan karena potensi manfaat dan dampaknya terhadap kehidupan digital sehari-hari semakin besar.

Menghadapi lonjakan minat terhadap teknologi AI, Komdigi merasa perlu untuk segera menyusun regulasi yang jelas agar teknologi ini dapat digunakan dengan bijak. Menurut Ketua Komdigi, regulasi yang akan dibuat bertujuan untuk menjaga privasi data pengguna, menghindari penyalahgunaan AI, serta memastikan bahwa teknologi tersebut tidak mengganggu kehidupan sosial atau menimbulkan ketidakadilan. Komdigi juga menyatakan pentingnya melibatkan pihak-pihak terkait seperti pengembang aplikasi, pemerintah, dan masyarakat dalam penyusunan regulasi ini.

Komdigi mengungkapkan bahwa regulasi yang akan disiapkan mencakup beberapa aspek, mulai dari kontrol transparansi penggunaan data pribadi, hingga pembatasan penggunaan AI untuk tujuan tertentu yang dapat merugikan pengguna. Regulasi ini juga akan menetapkan batasan terkait bagaimana data dikumpulkan dan digunakan oleh perusahaan teknologi besar seperti Meta. Selain itu, diharapkan bahwa regulasi ini dapat mendorong inovasi tanpa mengorbankan hak-hak privasi individu.

Komdigi berharap bahwa regulasi baru ini akan menciptakan ekosistem teknologi yang lebih sehat dan adil. Dengan adanya aturan yang jelas, masyarakat dapat merasa lebih aman dalam menggunakan teknologi kecerdasan buatan, sementara perusahaan teknologi dapat tetap berinovasi tanpa khawatir melanggar hak-hak dasar pengguna. Langkah ini juga diharapkan dapat menginspirasi negara lain untuk mengimplementasikan regulasi serupa dalam mengatur perkembangan teknologi digital yang terus berkembang pesat.

Sebagai hasilnya, langkah-langkah ini diharapkan dapat membawa keseimbangan antara kemajuan teknologi dan perlindungan hak asasi manusia, menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan terpercaya bagi masyarakat.

Negara Tetangga RI Blokir Media Sosial Facebook Atau Meta Buka Suara

Pada 28 November 2024, berita mengenai pemblokiran layanan media sosial oleh beberapa negara tetangga Indonesia seperti Australia mulai mencuri perhatian publik. Beberapa negara di Asia Tenggara diketahui telah memutuskan untuk melakukan pemblokiran terhadap platform media sosial seperti Facebook dan Instagram yang dimiliki oleh Meta. Keputusan ini diduga terkait dengan kebijakan pemerintah mengenai kontrol informasi dan penyebaran berita palsu. Meta, sebagai pemilik platform tersebut, akhirnya buka suara untuk memberikan penjelasan terkait langkah yang diambil oleh negara-negara tersebut.

Menanggapi langkah pemblokiran yang dilakukan oleh beberapa negara, Meta melalui pernyataan resmi mengungkapkan kekecewaannya terhadap keputusan tersebut. Dalam klarifikasinya, Meta menekankan bahwa kebijakan mereka senantiasa berfokus pada menciptakan lingkungan yang aman bagi penggunanya, termasuk mengatasi konten berbahaya dan informasi yang tidak akurat. Meskipun begitu, Meta juga mengakui bahwa mereka akan terus berusaha bekerja sama dengan pemerintah negara-negara tersebut untuk mencari solusi yang dapat menjaga keseimbangan antara kebebasan berbicara dan pengawasan informasi.

Pemblokiran platform media sosial ini sebagian besar disebabkan oleh kekhawatiran pemerintah atas potensi penyebaran informasi yang tidak terverifikasi, seperti berita palsu atau hoaks yang dapat memicu kerusuhan sosial. Beberapa negara tetangga Indonesia juga menganggap bahwa media sosial menjadi saluran yang digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menyebarkan ideologi yang dapat mengancam stabilitas politik dan sosial. Oleh karena itu, regulasi ketat terhadap platform besar seperti Facebook dan Instagram semakin diperketat untuk mengontrol dampak negatif dari penyebaran informasi tersebut.

Meski pemblokiran lebih banyak berdampak pada pengguna di negara tetangga, hal ini juga membawa dampak terhadap pengguna di Indonesia. Banyak warga Indonesia yang aktif menggunakan platform-platform Meta untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dengan orang-orang di negara-negara tetangga. Beberapa pengguna melaporkan kesulitan dalam mengakses informasi terkini dari luar negeri akibat pemblokiran ini. Ini menjadi tantangan baru bagi pengguna media sosial yang ingin tetap terhubung dengan dunia internasional.

Meta mengungkapkan bahwa mereka akan terus berusaha berdialog dengan pemerintah negara-negara yang memberlakukan pemblokiran agar dapat menemukan solusi yang saling menguntungkan. Hal ini menunjukkan pentingnya kerja sama antara perusahaan teknologi besar dan negara dalam mengelola penyebaran informasi di era digital. Bagi pengguna media sosial, ini mengingatkan mereka akan pentingnya adaptasi terhadap kebijakan-kebijakan baru yang terus berkembang seiring dengan meningkatnya tantangan dalam mengatur ruang digital.